Mohon tunggu...
Ryan BobbyAndika
Ryan BobbyAndika Mohon Tunggu... Insinyur - Geoscience Enthusiast

Hello world, my name is Ryan Bobby Andika and you can call me Rybob for sure. Twenty-three years old and, recently, doing things related to Petroleum Industries.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Mimpi, Ambisi, dan Perlombaan "Lari" Menuju Titik Nol Kutub Selatan

11 Mei 2020   11:21 Diperbarui: 12 Mei 2020   03:23 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan Amundsen dengan Scott (Sumber : hblog.redington.co.uk)

Segala kekecewaan serta kehancuran mimpinya ditumpahkan beliau dalam sebuah buku catatan yang ia bawa selama perjalanan untuk mencatat progress mereka setiap hari. Namun, mimpi buruk Scott tidak berhenti di situ saja.

Roald Amundsen (sumber: twistedsifter.com )
Roald Amundsen (sumber: twistedsifter.com )
Tim Amundsen memanfaatkan tenaga Anjing dalam penjelajahannya (Sumber: www.coolantarctica.com)
Tim Amundsen memanfaatkan tenaga Anjing dalam penjelajahannya (Sumber: www.coolantarctica.com)
Perjalanan pulang Tim Scott mengalami berbagai hambatan yang sangat berat dan diluar dari semua prediksi serta rencana yang ia buat matang, salah satunya adalah mengenai temperature di sana.

Berdasarkan hasil penelitian, Tim Scott seharusnya masih memiliki waktu tiga bulan perjalanan kembali yang aman sebelum Benua Antartika mengalami suhu terdinginnya di bulan April dari Januari.

Dengan waktu 3 bulan tersebut, Scott yakin bahwa perjalanan kaki pun akan tetap dapat mengantarkan mereka kembali dengan selamat.

Akan tetapi, anomali siklus musim di Antartika terjadi tepat di tahun 1912. Pada bulan Maret 1912, Benua Antartika ternyata mengalami suhu dingin ekstremnya, 1 bulan lebih cepat dari prediksi hasil penelitian Tim Scott. 

Di suhu tersebut, sangat sulit hampr tidak mungkin seorang manusia dapat bertahan hidup apalagi melakukan sebuah perjalanan dan inilah momen kelam bagi Scot dan seluruh anggotanya.

Dengan jalur sama yang ditempuh ketika berangkat, satu per satu anggota meninggal karena suhu ekstrem tersebut, dan juga termasuk Scott.

Mereka semua meninggal karena efek frostbite yang mereka alami di kaki dan tangan mereka sehingga tidak mampu kembali meneruskan perjalanannya dalam suhu mematikan tersebut. 

Evan meninggal di titik dasar Breadmore Glacier, Oates meninggal di Ross Ice Shelf, serta Scott dan salah satu anggotanya meninggal dalam perjalanan 11 mil teerakhirnya menuju camp peralatan awal keberangkatan mereka. Bahwa tidak hanya fisik yang diuji dalam perjalanan penuh siksaan ini, mental serta nyali mereka hampir ditiup habis di tengah benua Antartika. 

Oates adalah salah seorang yang memilih untuk bunuh diri ketika baginya harapan untuk bisa kembali serta bertahan betul-betul tidak akan terwujud.

Jasad Scott beserta anggotanya dan dengan segala peralatan, catatan, alat foto serta lainnya yang ada di tenda terakhir mereka ditemukan 8 bulan setelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun