Mohon tunggu...
Ryan Swardana
Ryan Swardana Mohon Tunggu... Insinyur - Civil Engineering Student

whatever you believe you can achieve

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Infrastruktur Internasional di Era Disrupsi (Industri 4.0)

14 Desember 2019   22:39 Diperbarui: 14 Desember 2019   22:38 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era Disrupsi atau biasa lebih dikenal dengan instilah Industri 4.0 merupakan fenomena dimana banyak nya perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan bermasyarakat. Banyak aktivitas - aktivitas yang dilakukan didunia nyata secara perlahan mulai ditinggalkan dan beralih ke dunia maya. 

Maraknya penggunaan teknologi dan komputerisasi terus dikembangkan guna menciptakan berbagai produksi masal yang jauh lebih handal dan cekatan. Dampak dari era disrupsi cukup beragam, apabila kita tidak bisa beradaptasi maka kita akan jauh tertinggal dibelakang akan tetapi, jika kita mampu melihat peluang  yang ada, maka era disrupsi merupakan investasi terbaik untuk terus berinovasi dan berkarya.

Perkembangan infrastruktur harus sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan apabila tidak ingin terdisrupsi oleh zaman yang serba teknologi dan saling terintegrasi. Kelak berbagai pekerjaan yang bersifat repetisi bukan tidak mungkin akan mengandalkan robot sebagai pionir utama dalam berinovasi. Peran kerja manusia secara perlahan akan digantikan oleh berbagai teknologi yang ada. Lantas apa yang harus dilakukan sebagai mahasiswa dalam mengatasi era disrupsi yang dahsyat ini ?.

Sebagai mahasiswa tentunya salah satu cara kita untuk menghadapi era disrupsi adalah dengan terus memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita tidak perlu takut dengan maraknya perkembangan teknologi yang ada bahkan kita justru harus berterimakasih akan kehadiran berbagai teknologi yang mempermudah kinerja kita. Bisa kita bayangkan bagaimana cara kita membuat peta kontur tanpa adanya bantuan alat ilmu ukur tanah seperti itu Theodolite, Total Station, dll.  Betapa susahnya kita memproduksi satu paket gambar kerja apabila aplikasi seperti Autocad tidak ada. Kita tidak perlu takut menghadapi era disrupsi justru kita sebagai mahasiswa harus siap menghadapinya dan bersaing didalamnya.

Jumat, 6 Desember 2019 Universitas Internasional Batam Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan mengadakan sebuah seminar bertajuk "Perkembangan infrastruktur Internasional di Era 4.0". Adapun pembicara pada seminar kali ini adalah Dr. Andri Irfan Rifai, ST., MT (selaku Ketua Program Sarjana Teknik Sipil UIB, Project Manager dari Proyek Rehabilitasi Infrastruktur dan Rekonstruksi  untuk daerah yang terkena bencana di Palu) dan Yusuf Adinegoro, Ph.D (selaku manajer dari Jakarta Great Area Highway Planning Agency). 

 

Dr. Andri Irfan Rifai, ST., MT menyampaikan materi mengenai rehabilitasi infrastruktur pasca bencana.
Dr. Andri Irfan Rifai, ST., MT menyampaikan materi mengenai rehabilitasi infrastruktur pasca bencana.

Dalam seminar ini Dr. Andri Irfan membahas mengenai bagaimana kondisi rehabilitasi infrastruktur pasca bencana yang terjadi di indonesia. Beliau mengambil contoh Kota Palu sebagai salah satu Kota yang mengalami tragedi dahsyat sehingga meluluh lantakkan infrastruktur yang ada mulai dari rumah sakit, jalan raya hingga pemukiman warga. Beliau mengatakan bahwa sebagai seorang insinyur sipil hal yang diperhitungkan bukan hanya sekedar struktur dan metode pengerjaan. Gempa bumi, tsunami dan bencana alam lainnya juga termasuk salah satu tanggung jawab dari seorang insinyur sipil untuk memerhatikannya. Maka dari itu setiap perencanaan yang ada harus menelisik lebih lanjut mengenai dampak dari berbagai bencana yang ada. 

Dr. Andri Irfan menyampaikan bahwa untuk melakukan rehabilitasi struktur yang pertama kali harus dilakukan adalah menganalisa berbagai data yang ada guna mengidentifikasi metode dan hirarki seperti apa yang harus dibenahi terlebih dahulu. Beliau menyampaikan bahwa  ada 10 strategi yang dapat digunakan untuk melakukan rehabilitasi infrastruktur yaitu : 1) Pre-Fabrication; 2) Advance Building Materials; 3) 3D Printing & Additive Manufacturing; 4) Autonomous Contstruction; 5) Augmented Reality & Visualization; 6) Big Data & Predictive Analysis; 7) Wireless Monitoring; 8) Cloud & Real Time Collaboration; 9) 3D Scanning & Photogrammetry; 10) Building Information Modeling. Berdasarkan 10 strategi yang telah disebutkan diatas beliau menyarankan agar sebagai insinyur akan lebih baik jika kita melakukan pencegahan dibandingkan penanggulangan. maka dari itu Big Data & Predictive Analysis merupakan hal yang perlu dikembangkan dan ditekankan kepada seluruh insinyur, walau bagaimanapun mencegah itu jauh lebih baik daripada menanggulangi.

Dr. Andri Irfan juga menyampaikan bahwa apabila kita memiliki banyak data yang saling terintegrasi satu dengan yang lainnya maka itu akan mempermudah kita dalam merencanakan struktur seperti apa yang harus digunakan didaerah tersebut. Kita tidak bisa berpatokan dengan apa yang biasanya kita kerjakan, diera disrupsi ini sebagai insinyur kita dituntut untuk terus beradaptasi dan menyesuaikan jenis struktur dan metode konstruksi dengan kondisi real yang terjadi dilapangan.

Diakhir seminar Dr. Andri Irfan berpesan kepada seluruh mahasiswa agar jangan pernah takut untuk bersaing. Persaingan yang sehat akan menghasilkan insinyur yang hebat. Jangan pernah takut menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan berbagai macam teknologi diera disrupsi. Justru apabila tidak ada bantuan dari berbagai teknologi, perkembangan infrastruktur di Indonesia bahkan didunia tidak mungkin bisa secepat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun