Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Jeneng dan Jenang, Studi Kasus Apple Inc. dan YouTuber

15 Mei 2018   10:17 Diperbarui: 15 Mei 2018   10:32 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesaat sebelum tulisan ini mulai diketik, LG merilis smartphone flagship yang mereka beri nama LG G7 ThinQ. Karena menjadi lini produk andalan, LG G7 ThinQ otomatis diisi spesifikasi hardware dan software terbaik. Desain fisik pun tampil tipis lagi manis.

Tetapi, LG rupanya tidak berani tampil beda. LG memilih mengekor merk-merk lain yang akhir-akhir ini beramai-ramai merilis smartphone ber-notch. Terhitung, belasan merk menggantungkan nasib pada gawai (gadget) ber-notch. Mulai dari merk terkenal seperti Asus Zenfone 5, Huawei P20 Pro, Oppo F7, Vivo V9, sampai pada Xiaomi Mi7 yang akan dirilis pada 23 Mei mendatang. Merk antah berantah pun ikut-ikutan, sebut saja Ulefone T2 Pro, Leagoo S9, dan Doogee V.

Notch atau lekukan di sisi atas smartphone sebenarnya dibuat dalam rangka memaksimalkan desain layar penuh. Apabila desain smartphone terdahulu mengandalkan bezel di sisi atas gawai untuk menampung lensa kamera depan, speaker, dan sensor proximity, pada notch-lah semua printhilan itu sekarang ditempatkan.

Pertama kali, notch pada gawai dikenalkan oleh Apple melalui iPhone X. Saat awal muncul, desain iPhone X menjadi bahan tertawaan dan tak sedikit yang pesimis dengan angka penjualannya. Namun ternyata, desain itu menjadi panutan sekian banyak merk, pun angka penjualannya sangat tinggi (kuartal keempat 2017 mendapat 5,1% dari total market share).

Untuk diketahui, usai rilis P20 Pro, petinggi Huawei menyatakan Huawei sebenarnya sudah sejak lama merancang notch. Tetapi, mereka tidak cukup pede untuk menggunakannya. Senada dengan Huawei, Hwang Jeong-hwan (Chief of LG's Mobile Division) juga mengaku telah merencanakan notch sebelum Apple, tetapi baru berani menggunakan notch pada LG G7 ThinQ yang rilis jauh setelah iPhone X.

Dari sana terbaca, betapa besar pengaruh Apple. Sampai-sampai merk sekelas Huawei dan LG baru mantap ber-notch setelah Apple merilisnya. Mereka seolah menunggu legitimasi Apple.

Saat ini, notch telah menjadi gaya baru desain smartphone. Merk lain seperti ngeri tak laku jika tidak ikuti trend. Dan, pihak yang patut membuat kita angkat topi lagi ialah Apple.

Perusahaan yang berpusat di Cupertino California itu bukan sekali ini menjadi trend setter. Satu dekade lalu, Apple merilis iPhone 3G dengan layar sentuh memenuhi wajah depan gawai, tanpa ada tombol numerik dan alfabet. Kontan saja, kritikus, pengamat, dan pesaing mengernyitkan dahi.

Mereka berkata, layar akan penuh dengan minyak wajah dan jemari pengguna. Tapi apa yang terjadi? iPhone 3G menjadi acuan baru desain smartphone yang bertahan sampai sekarang, dan ikut berandil besar menghancurkan hegemoni Nokia dan BlackBerry.

Belakangan, iPhone 7 hadir tanpa universaljack audio 3,5 mm. Lagi-lagi publik ternganga dan mempertanyakan pilihan Apple. Tanpa jack audio berarti akan menyulitkan pemakaian headset atau earphone, karena harus menambahkan konektor tipe baru.

Rupanya, Apple menghadirkan earphone AirPods nirkabel yang sungguh elegan. Walau nampak menyelesaikan masalah, publik masih saja rewel. Karena mereka harus keluar uang lagi untuk membelinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun