Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Suatu Malam bersama Empat Bos

6 Januari 2018   19:44 Diperbarui: 6 Januari 2018   20:16 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Saya punya teman bernama Kasemiro yang berprofesi sebagai pengusaha. Sekitar Mei 2017, tiba-tiba ia menghampiri dan mengeluh perihal Waldi, rekanannya yang ingkar janji. Begini alurnya..

Kasemiro jengkel bukan buatan. Waldi berjanji membayar utang namun saat jatuh tempo justru menghilang. Ditelepon tidak diangkat, di-WA cuma dibaca tanpa balasan. Dan itu terjadi berkali-kali, berbulan-bulan lamanya.

Saking jengkelnya, Kasemiro menyusun strategi untuk melakukan penagihan dengan sedikit ekstrim. Ringkasnya, eksekusi mendatangkan hasil, walau hanya setengah utang yang dibayar. Lumayan daripada blas, begitu kata Kasemiro.

Seingat saya, sejak bertahun lamanya menekuni usaha, baru sekali ini Kasemiro jengkel sampai gethem-gethem. Ia bercerita, Waldi dan istri saat bertemu selalu berpenampilan sopan. Tutur kata halus tertata, pun tingkahnya mundhuk-mundhuk. Tapi saat utang harus dibayar, mereka tega menjelma dua tokoh antagonis yang memancing emosi.

***

Berbulan setelahnya, pada suatu malam saya berkesempatan berbincang dengan Muslih, seorang peternak ribuan ayam, pemilik berhektar-hektar kebun sawit, dan baru-baru ini melebarkan sayap ke bidang property. Secara penampilan, Muslih tidak nampak sebagai pengusaha dengan aset bermilyar-milyar. Ia seorang sederhana dalam arti sebenarnya.

Kemana-mana Muslih bersepeda motor bebek, yang dari penampakannya jelas jarang dicium buih sabun. Mobil hanya satu, itu pun dari segmen low MPV yang dimiliki jutaan orang lainnya. Rumahnya biasa saja. Tidak terletak di cluster mewah, tapi di sudut kampung.

Muslih bertutur, beragam usaha yang dimilikinya diawali dari usaha bengkel motor. Ia memang mempunyai keterampilan montir motor. Tapi karena suatu hal, bengkel harus ia suntik mati. Bergeserlah ia ke peternakan.

Peternakan ayam tidak berawal dari modal besar. Muslih memulai dari puluhan ekor saja. Sampai kemudian ayam-ayam itu saling cinta, memutuskan berkeluarga, dan beranak-pinak mencapai ribuan ekor karena tidak ikut KB. Yang patut diingat, gerombolan ayam itu tidak sekadar berkeluarga, namun ikut pula memakmurkan Muslih.

Saat asyik-asyiknya beternak, seorang teman menghampiri dan menawarkan bisnis yang saat itu masih sangat jarang ditekuni orang. Ditambah, usaha itu benar-benar baru bagi Muslih. Ia bimbang. Lalu entah ilham apa yang mendatangi, dengan sedikit nekat ia memutuskan join dengan usaha yang ditawarkan temannya. Mulai saat itu, Muslih terjun dalam usaha perkebunan sawit.

Usaha kebun sawit cukup lama dirintis. Untuk diketahui, Muslih harus lillahi ta'ala dalam menjalankannya. Karena ia hanya bisa memantau secara rutin melalui telepon. Muslih di Yogya, usaha kebun sawit dipercayakan kepada teman yang bermukim di Sumatra. Usaha kebun sawit Muslih jalankan murni berlandaskan asas kepercayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun