Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Precognitive Dream atau Second Sight, Mimpi yang Menjadi Kenyataan

20 Februari 2015   21:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:48 6727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14244144771395875407

Ilustrasi (sumber gambar : sunnyskyz.com)
Di salah satu tulisan lama (Deja Vu dan Mimpi), saya bercerita tentang dua mimpi yang ternyata kemudian menjadi kenyataan, terutama mimpi kedua dimana saya bermimpi berada di sebuah tempat di Singapura yang bernama Choa Chu Kang  Ternyata beberapa hari kemudian terdengar berita bahwa salah satu konglomerat Indonesia dimakamkan di tempat tersebut.

Ternyata apa yang saya alami tersebut (mimpi yang di kemudian hari benar-benar terjadi) bisa disebut sebagai "Precognitive Dream", "Future Sight" (Penglihatan Masa Depan), atau "Second Sight" (Penglihatan Kedua).  Saya ingat sewaktu kecil (7-10 tahun) cukup sering mendapat mimpi-mimpi semacam itu - yang perlahan menghilang seiring usia yang semakin bertambah, utamanya setelah memasuki masa remaja.  Salah satu mimpi yang paling saya ingat adalah mimpi berada di liang lahat menerima jenazah ibu saya - dua kali saya memimpikan hal tersebut, dan beberapa bulan kemudian mimpi itu benar-benar terjadi.  Saya masih kelas 2 SMP saat itu.

Definisi berikut saya terjemahkan dari Wikipedia :

"Precognitive Dream adalah Persepsi Ekstrasensori yang melibatkan informasi masa depan dimana informasi tersebut tidak dapat disimpulkan dari kondisi (akal, hukum fisika, dan hukum alam) yang terjadi saat ini.  Keberadaannya juga dianggap sebagai bentuk lain dari indera tambahan." (sumber)

Dari definisi tersebut (yang saya terjemahkan secara bebas karena artikel aslinya dalam bahasa Inggris dengan istilah-istilah yang sulit dicari penyederhanaannya), tampaknya fenomena Precognitive Dream diakui sebagai hasil kerja dari indera yang bisa disebut sebagai "Indera Keenam" alias "Sixth Sense".

Serba-serbi Precognitive Dream


Dalam sebuah blog lokal Enigma (yang belum lama meluncurkan buku keduanya berjudul "Enigma" juga) pembahasan mengenai Precognitive Dream cukup menarik.   Di blog tersebut dijelaskan bahwa sebuah mimpi layak disebut sebagai Precognitive Dream apabila tidak memenuhi kondisi sebagai berikut :


  1. Menjadi nyata karena probabilitas (hukum kemungkinan), misalnya saat pilpres mimpi si A menang, itu tidak bisa disebut sebagai Precognitive Dream karena sudah terkait probabilitas kalo nggak si A ya si B yang menang.
  2. Si pemimpi sudah mengetahui peristiwa tersebut akan terjadi (lebih tepatnya sudah merencanakan), misalnya mimpi naik pesawat ke satu tempat, itu juga tidak bisa disebut Precognitive Dream apabila si pemimpi memang sudah menjadwalkan pergi ke tempat tersebut.
  3. Self Fulfilling Propechy (si pemimpi justru berusaha membuat mimpi tersebut menjadi kenyataan), misalnya mimpi jadian sama orang yang kita suka kemudian esoknya kita berusaha agar mimpi tersebut menjadi kenyataan.
  4. Mimpi dalam pengaruh telepati.  Nah, ini menarik dan semakin memperkuat pendapat saya bahwa mimpi bisa jadi merupakan bentuk komunikasi antar otak (pernah saya tulis di sini).


Laman yang sama juga menyebutkan bahwa Precognitive Dream umumnya justru dialami oleh orang-orang yang emosinya terkendali (orang-orang yang tenang), memiliki displin mental, dan kreatif.  Menurut saya, ini menjelaskan kenapa mereka-mereka yang memiliki -setidaknya- bakat kemampuan supranatural rata-rata terlihat sebagai orang yang sangat tenang - bahkan cenderung misterius dan terkadang terlihat aneh bahkan dianggap gila oleh lingkungan sekitarnya.  Sedikit bercerita, kedua mimpi yang saya ceritakan di atas datang ketika saya mempunyai kebiasaan bangun tidur saat dini hari sekitar jam 2-3 untuk melaksanakan shalat malam - atau dalam bahasa saya, "OL dengan Dia".

Dan biasanya, ketika mendapat Precognitive Dream, saya selalu merasakan semacam perasaan aneh, mungkin seperti bertanya,

"Apa arti mimpi saya?  Kenapa saya bermimpi seperti itu?"

Hal itu berbeda dengan mimpi-mimpi biasa yang tidak meninggalkan pertanyaan apapun saat saya bangun tidur.  Saya yakin, perasaan semacam itu juga dialami mereka-mereka yang mengalami Precognitive Dream.  Pernah pada satu waktu saya mendadak terbangun dari tidur siang dengan perasaan aneh itu - tanpa mimpi apapun kecuali seperti mendengar suara benda logam ringan yang jatuh di dekat telinga saya, dan ternyata di saat yang sama ada gempa yang mengguncang Bandung (atau Yogyakarta, saya lupa persisnya, peristiwanya sudah lama sekali sekitar 8-10 tahun lalu).

Seorang teman - yang kerap dianggap "punya kemampuan" oleh lingkungannya - menyarankan pada saya untuk mencatat setiap mimpi dalam sebuah jurnal.  Namun sampai saat ini saya masih belum yakin apakah perlu mencatat semua mimpi atau cuma mimpi yang dianggap sebagai Precognitive Dream (jujur saya lebih suka menyebutnya Second Sight hehehe).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun