Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Melintas Waktu

20 Juni 2017   21:03 Diperbarui: 20 Juni 2017   21:14 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1935, Albert Einstein dan Nathan Rosen merumuskan bahwa struktur ruang-waktu yang melengkung bisa menghubungkan dua wilayah ruang-waktu yang jauh melalui suatu bentuk serupa lorong sebagai jalan pintas.  Dengan menggunakan teori Relativitas Umum, Einstein mengusulkan adanya jembatan melalui ruang-waktu yang di kemudian hari dikenal sebagai 'Jembatan Einstein-Rosen' atau 'Lubang Cacing' atau 'Wormhole'.  Jembatan itu menghubungkan dua titik yang berbeda dalam ruang-waktu dan secara teoretis membuat jalan pintas yang bisa mengurangi waktu tempuh dan jarak.

* * *

Aku menggerakkan wormhole finder-ku ke segala arah, mencari kemungkinan ditemukannya lubang cacing yang lebih baik.

"Bagaimana?" terdengar satu suara di sebelahku, suaranya terdengar penuh harapan sekaligus putus asa.

"Sejauh ini belum ada lagi yang lebih baik," aku menghela napas dan mematikan finder sejenak setelah menyimpan koordinat lubang cacing yang barusan aku temukan.  "Kebanyakan yang ada di daerah ini adalah wormhole tipe W."  Tipe W adalah lubang cacing dimana jarak dan waktu yang diperlukan untuk melewatinya malahan lebih jauh dan lama ketimbang jarak dan waktu yang dituju.  Berbeda dengan apa yang sering kita tonton di film-film fiksi ilmiah dimana perjalanan ruang-waktu dapat ditempuh dalam waktu singkat, pada kenyataannya untuk melintasi lubang cacing tetap ada jarak dan waktu yang berbeda-beda.

Namaku Kevin Strachan.

Pada tahun 2400 disepakati bahwa tahun itu disebut sebagai tahun 0, tahun pembangunan kembali peradaban setelah 9 tahun sebelumnya Bumi dihantam komet raksasa yang menghancurkan sebagian besar peradabannya.  Secara resmi, tahun 0 merupakan awal bagi periode yang disebut Novaterra sekaligus menutup akhir periode Masehi.  Aku sendiri lahir tahun 940 Nova.

Hari ke-184 di tahun 962 Nova, hari itu hari pertamaku bekerja di departemen sains sebuah universitas ternama, aku bersama Eva Rosenberg kolegaku sedang berada di dalam mesin tua penjelajah waktu saat sebuah insiden terjadi.

Sebelumnya perlu aku ceritakan bahwa penjelajahan waktu menjadi hal yang biasa dilakukan - bahkan oleh anak-anak sekolah sekalipun.

Penjelajahan jarak pendek tentunya, aku kembali menghela napas.

Jika saja tidak ada insiden itu.

Saat kami sedang berada di dalam mesin, terjadi gangguan medan magnet yang menyebabkan mesin tidak bisa dikendalikan, akibatnya kami terkatung-katung di dalam wormhole selama beberapa jam sebelum akhirnya mendarat di tempat pertama, Bumi tahun 1928 Masehi.

Saat ini kami berada di tahun 1970 Masehi setelah tiga kali mencoba melewati lubang cacing untuk kembali ke waktu asal kami.

"Sudah tiga kali, Kev," ujar Eva dengan suara tertahan.  "Tiga kali dan kita masih sangat jauh dari rumah."

Aku masih terdiam dan memandang langit yang warnanya jauh berbeda dengan langit di masa kami.  Di sini, di masa ini, langit berwarna biru indah, sungguh kontras dengan langit yang selalu berwarna gelap di tempat dan waktu asal kami, tak peduli pagi, siang, sore, atau malam.  Karena itu di setiap area berpenghuni dibangunlah kubah raksasa yang akan mencitrakan warna langit sesuai waktunya; biru, jingga, putih, dan hitam.

"Entah apakah kita bisa pulang," gumamku.  "Kita sudah menghabiskan 1 tahun dalam wormhole dan mendapat 42 tahun perjalanan."

"Secara logis aku berpikiran sama denganmu," tutur Eva.  "Jarak dari sini ke masa kita terlalu jauh.  Masih ada jarak 1.392 tahun lagi.  Jika wormhole yang kita temukan terus seperti tadi tipenya, perlu waktu sekitar 32 tahun perjalanan lagi."

Kami saling pandang.

"Saat itu usia kita sudah 55 tahun."

"Layak dicoba," sahutku.  "Maksudku, perjalanan 32 tahun itu."

"Ya, dan begitu kita datang, universitas akan langsung memberikan surat pensiun," balas Eva diikuti tawa kecil dan getir kami berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun