Mohon tunggu...
Aryandi Putra
Aryandi Putra Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa semester 6 (mau semester 7) Ilmu Komputer Unila yang sedang mencari tahu tentang arti hidup sebenarnya... terlahir dengan nama Aryandi Putra, 20 tahun silam... Punya nickname keren (halah...) di dunia maya yaitu ryandz hunter. Dapet nama itu dulu waktu tergila2 maen game online.. kebawa sampe sekarang...

Selanjutnya

Tutup

Money

iB: Jangan (Cuma) Jual Islam!

6 Agustus 2010   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dengan menabung di bank syariah kita turut membantu memberi modal para pengusaha. Jadi daripada uang itu kita simpan di rumah yang tidak bermafaat bagi orang lain, lebih baik uang itu “dipinjamkan” ke bank untuk kemudian dijadikan modal bagi pengusaha-pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Beda dengan bank konvensional, bank syariah tidak akan menanamkan modal ke bisnis yang spekulatif kayak valas, dll. Bisnis2 kayak gini g bisa diprediksi, untung dan ruginya berdasarkan luck, g bisa ditebak. Selain itu, kalau usahanya haram, semisal judi, diskotek, miras, dll bank syariah tidak akan menanamkan modal sebesar apapun keuntungan yang akan diperoleh. Bank syariah lebih concern ke sektor riil, karena sektor ini tidak spekulatif.

Saya pernah membaca di suatu blog bahwa menabung di dalam bank syariah termasuk dalam wakaf sementara atau temporary. Disebut sementara karena sewaktu-waktu dapat ditarik. Dengan uang-uang yang telah dikumpulkan bisa digunakan untuk memajukan ekonomi menengah ke bawah. Saya lihat pemerintah kurang concern disini. Banyak pengusaha yang punya bisnis dengan prospek sangat menjanjikan kelimpungan karena kurangnya modal. Bahkan banyak yang harus meminjam uang di rentenir dengan bunga yang mencekik. Lihat saja para petani dan nelayan. Negeri ini punya lautan yang sangat luas, tapi sayang banyak nelayan tidak punya modal untuk membeli perahu yang cukup layak. Di tempat saya, Lampung, tepatnya di daerah Lampung Selatan, ada pengrajin gitar dari buah bernuk. Sangat kreatif dan hasilnya sangat bernilai seni tinggi. Kualitasnya juga tidak kalah dari gitar akustik bermerek. Sayang dia kekurangan dana untuk produksi secara massal. Di daerah lain juga masih banyak usaha-usaha kreatif seperti ini, seperti produsen bola kaki, gitar, dll. Usaha mikro inilah yang belum dan harus dilirik pemerintah dan swasta, dalam hal ini bank syariah. Padahal katanya pemerintah mencanangkan ekonomi menengah kebawah dan lebih banyak bermain di sektor riil.

Ada beberapa cara agar bank syariah dapat diterima masyarakat dengan baik, yaitu

1. Sosialisasi

Saat ini sosialisasi dan promosi tentang bank syariah sangat kurang. Jujur, saya tidak pernah mendengar ceramah tentang bank syariah atau minimal bahaya di lingkungan saya. Iklan-iklan yang saya lihat hanya iklan-iklan yang komersil banget, dengan menawarkan hadiah-hadiah undian yang waahhh…. Jadi kita tidak tahu apa kelebihan bank syariah. Kalaupun diberi tahu hanya sebatas rekening dengan gratis tarik di semua atm, tanpa biaya bulanan, dll pokoknya sebatas uang administrasi. Haduh, kalau begitu apa bedanya dengan bank konvensional?? Bank syariah mestinya professional. Dalam sosialisasi mestinya yang ditawarkan itu kelebihan2 bank syariah, seperti tidak ada riba dengan memberi tahu sistem bagi hasil, pinjaman yang tidak menggunakan bunga

Sosialisasi sangat penting, salah satunya bisa dari ceramah2 misalnya pada saat sholat jum’at. Seperti yang udah saya bilang, banyak orang Islam itu sendiri g tau apa itu bank syariah, bedanya dengan bank konvensional itu apa. Nah, kelebihan-kelebihan bank ini bisa diperkenalkan dengan penyuluhan, iklan-iklan, banner-banner, atau apa aja yang bisa. Pemerintah juga harus aware, baru-baru ini ada slogan ayo menabung di bank. Deposit awal sangat ringan dan setoran lanjutan yang cukup 10rb rupiah saja. Sayangnya kenapa bukan ke bank syariah?? Pemerintah kayaknya tidak mendukung bank syariah itu sendiri.

Selain itu target pasar harus diperluas, bukan hanya orang-orang dewasa saja. Tapi sudah ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Waktu masih kecil saya sering banget denger lagu “ bang bing bing bung yok,,,, kita nabung… bang bing bung hei jangan diitung,,, tau tau kita nanti dapet untung…” nah, paradigma menabung di bank syariah perlu kita tanamkan sejak dini. Karena untuk merubah tabiat seseorang akan mudah dilakukan saat dia masih kecil.

Seorang guru di amerika lebih takut anak didiknya tidak bisa antri dibandingkan tidak bisa matematika. Kenapa? Karena mengajari seseorang tentang suatu kebiasaan lebih sulit daripada mengajarinya ilmu eksak.

2. Menghapus paradigma Bank syariah hanyalah milik umat Islam

Kalo ngeliat bank-bank konvensional di Inggris yang maju pesat kita bisa lihat professionalitas mereka. Dengan negara dengan penduduk muslim minoritas mereka g mungkin jual image Islam. Apalagi dengan isu teroris yang saat ini diindektikkan dengan umat Islam. Tapi kenapa bank syariah bisa maju? Hal itu dikarenakan bank syariah dipandang lebih unggul karena tidak ada sistem bunga. Konsep bagi hasil dianggap para nasabah bank lebih baik daripada konsep bunga. Hal inilah yang membuat mereka memlilih bank syarih. Dari sini kita bisa lihat perbedaannya dengan bank syariah di Indonesia. Disana berdasarkan professionalitas sedangkan kalo di tanah air kita masih berdasarkan fanatisme agama saja. Bank syariah seperti halnya Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Rahmat bagi semesta alam. Islam bukan hanya milik umat Islam, tapi juag milik selurh manusia. Begitu juga dengan bank syariah, semua orang bebas menanbung dan meminjam disana tanpa adanya sekat-sekat agama.

Alasan kenapa waktu dulu mau memeluk agam Islam yang dibawa oleh para pedagang Gujarat adalah karena mereka kagum dengan perangai dan akhlak dari pedagang2 tersebut. Mereka jujur, tidak memainkan timbangan, tidak memonopoli. Prinsip inilah yang harus kita contoh dalam menjalankan bank syariah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun