Mohon tunggu...
Ryan Apriansyah
Ryan Apriansyah Mohon Tunggu... -

Hanya manusia yang mencoba tulus mencintai Tuhannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadan (3)-Kekuatan Itu, Iman

5 Juni 2017   08:43 Diperbarui: 5 Juni 2017   09:20 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pembahasan kali ini banyak terinspirasi dari sebuah buku yang baru saya baca karya Abay Abu Hamzah  dengan judul “Menggenggam Bara Islam”.

Menyambung pembahasan sebelumnya dari kisah betapa teguhnya pendirian seorang Budak bernama Bilal Bin Rabbah, yang merelakan jiwanya untuk mempertahankan keyakinannya. Kekuatan yang luar biasa dimiliki oleh Bilal, yang tak lain dan tak bukan kekuatan itu berasal dan bersumber dari satu hal yaitu Iman.

Namun pertanyaannya, bagaimana bisa keimanan mampu menjadi kekuatan yang sangat dahsyat? Bagaimana ceritanya,sebuah doktrin mampu menggugah hati seorang budak untuk mempertahankannya?

Banyak diantara kita mengaku beriman,namun mungkin keyakinan itu akan luntur bila sebilah celurit dikalungkan dileher kita. Kita boleh saja mengaku beriman, namun apakah mungkin iman tetap terjaga jika sebuah senapan ada didepan wajah kita, atau sebuah penjara siap mengurung kita bahkan tiang gantungan siap menjerat leher kita, bisa jadi keimanan dan keislaman itu akan mudah tergadai.

Tidak perlu jauh-jauh, banyak diantara kita yang dengan mudahnya mnggadaikan keimanan hanya dengan uang ratusan ribu rupiah saja bahkan dengan sekardus mie Instan saja. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah:

“Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman pada Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS: Al-Baqarah:8)

Keimanan kita memang akan sangat mudah tergadai dengan mudahnya, hal ini dikarenakan Iman yang kita miliki tidak mempunyai pondasi yang kuat atau dengan kata lain pondasi iman kita rapuh. Dengan pondasi iman yang rapuh mana mungkin kita bisa mendapat kekuatan seperti Bilal yang mampu teguh terhadap keyakinannya. Hanya dengan pondasi iman yang kokoh yang mampu menciptakan kekuatan besar yang mustahil dimiliki seorang manusia.

Pondasi Iman yang kokoh dapat terbangun  jika kita berhasil menemukan bukti kebenaran islam. Jika tidak bisa menemukan bukti kebenarannya, bagaimana mungkin kita siap mengorbankan nyawa untuk memperjuangkannya? Maka menemukan bukti kebenaran Islam, adalah keharusan.

Salah satu cara untuk menemukan kebenaran Iman dan Islam adalah dengan menggunakan akal kita. Manusia dan kerbau sama-sama memiliki kebutuh jasmani dan naluri. Manusia  memerlukan makan dan minum, begitupun kerbau. Manusia bisa marah,takut,merasakana sakit dan lain-lain tidak bedanya dengan kerbau. Lalu pertanyaannya apa yang membedakan manusia dan kerbau? Akal jawabannya!! Itu yang mmbedakan kita dengan mahluk lainnya. Sebab itu, poin pembeda ini harus benar-benar kita optimalkan dalam menjalankan kehidupan. Jika tidak, apa bedanya kita dengan kerbau?

Kita bisa menggunakan akal kita untuk sebagai salah satu cara menemukan kebenaran. Namun tidak semua hal kita serahkan ke akal kita, karena peran akal kita sangat terbatas, akal kita hanya mampu memikirkan hal-hal yang terindra, tidak lebih.

Dengan akal kita hanya mampu memikirkan keberadaan Tuhan, namun tidak bisa menjangkau wujud-Nya. Sebab itu, mari kita gunakan akal kita sebagaimana mestinya mencari keberadaan Tuhan.Itu saja.

Kita bisa mengetahui keberadaan Tuhan dengan akal salah satunya adalah dengan melihat apa yang ada pada diri kita.

“Dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikannya?”( QS: Adz-Dzariyat:21)

Bercerminlah pada diri sendiri,niscaya kita akan sadar akan keberadaan Tuhan. Lihat betapa sempurnanya wajah kita, dengan dua mata, yang dihiasi alis yang hitam, lalu hidung kita dengan kedua lubangnya,bibir kita yang begitu sempurna dan lain sebagainya.

Lalu pejamkan kedua matamu, rasakan jutaan sel saraf sedang bekerja dalam tubuhmu, memompa darah dan mengalirkan nya keseluruh tubuh. Bayangkan pula betapa rumitnya sistem kerja otakmu, coba ingat hal-hal dimasa lampau, bayangkan berapa juta saraf yang bekerja memncari memori yang terpendam entah diotak bagian mana.

Lalu,setelah itu  jawab satu pertanyaan, akankah semua itu bekerja sesuai fungsinya dengan sendiri, tanpa ada yang mengatur?

Maka kerdilah diri kita dihadapan semua itu.Bagi hatinya yang masih berjalan diatas fitrah,sudah tentu tersentuh melihat berbagai fenomena ini. Ketika ditanya siapa yang mengatur semuanya pasti lisannya akan menjawab Tuhan.

Ketika kita sudah yakin atas keberadaan Tuhan  disini kita mulai merasakan suatu hal yang disebut Iman. Namun pertanyaanya berikut nya yang mungkin muncul adalah Siapa itu Tuhan?

Hal ini akan saya coba bahas di tulisan selanjutnya......

Semoga bermanfaat mohon maaf bila ada kesalahan.....

Bersambung..................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun