Mohon tunggu...
Rut sw
Rut sw Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Penulis, Pengamat Sosial Budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha melejitkan potensi dan minat menulis untuk meraih pahala jariyah dan mengubah dunia dengan aksara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perwira Muda itu Bukan Ksatria

15 Agustus 2019   21:36 Diperbarui: 15 Agustus 2019   21:36 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengikuti berita Prada Derri Pramana yang tega  memutilasi pacarnya Vera Oktaria membuat hati ini miris. Mengapa pendidikan ala militer calon perwira itu tak mampu memunculkan sikap ksatria? 

Bukannya melindungi kemuliaan perempuan malah justru terlarut dalam aroma syahwat kebebasan ala barat. Itukah cinta?Pendidikan ala militer yang keras, disiplin dan mengedepankan mental sehat tetap tak bisa menghalau hasutan setan, hingga tak jengah melakukan hubungan terlarang dan meninggalkan jejak dosa dengan membunuh pacarnya, hanya karena mengaku hamil (TRIBUN MEDAN.com, 15/8/2019).

Mengapa harus mudah marah? bukankah yang ia lakukanpun sebuah pelanggaran? yang dalam agama adalah dosa besar, tindak kriminal yang pelakunya berhak dihukum berat. Terlebih lagi ketika  prada Derri Pramana menceritakan bagaimana kalem dan slownya Vera menerima ajakan bermalam disebuah penginapan. Ah...virus liberalisme itu sungguh sudah menggerus rasa malu dan takut kepada Allah.

Mengapa cinta selalu minta pembuktian jasadiyah? yakinkah mereka bahwa idealnya sebuah hubungan, cocok tidak cocoknya sebuah relasi hanya diukur dari totalitas penyerahan diri wanita? sungguh sebuah pemahaman yang rendah. Hal  inilah yang disuka barat, dimana kaum muslim sejengkal demi sejengkal  mengikuti budaya dan pemahaman barat. Mengabaikan syariat Allah hanya karena usang tak sesuai jaman menurut mereka.

Mudahnya seseorang menyerahkan kemuliannya, kemudian mudah marah dan bertindak berlebihan sebetulnya adalah bukti mental masyarakat sedang sakit. Sakit karena tekanan aturan yang tidak sesuai fitrah manusia. Manusia dituntut untuk siap menanggung seluruh beban hidupnya, padahal ada negara dan penguasa.

Akibatnya kekacauan merajalela, karena setiap manusia berjalan diatas aturan yang ia buat sendiri. Main hakim sendiri secara tak langsung mendapat legitimasi dari masyarakat. Dimana keadilan? kepada siapa mengadukan jika ada kezaliman?

Saatnya kembali, kepada syariat Islam yang mulia. Yang dijamin Rasulullah jika kita berpegang teguh kepadanya akan selamat dunia akhirat. Beliau  bersabda, "Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta'zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun