Mohon tunggu...
Rut Juni Grace Silalahi
Rut Juni Grace Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Manajemen Rekayasa, Institut Teknologi Del

Saya adalah seorang mahasiswi Manajemen Rekayasa di Institut Teknologi Del. Tulisan saya ini berhubungan dengan salah satu mata kuliah saya sehingga saya ingin berbagi wawasan kepada pembaca. Saya bangga dengan tulisan saya meski jauh dari kata sempurna, semoga tulisan ini bermanfaat. Thank you.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Design Thinking and Lateral Thinking

31 Maret 2021   01:58 Diperbarui: 31 Maret 2021   02:32 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: (The Design Management Institute DMI Value Index 2015)

Mungkin bagi sebagian orang Design Thinking sudah tidak asing lagi, namun Lateral Thinking Bagaimana?

Nah kali ini, saya tidak hanya membahas mengenai design thinking akan tetapi juga akan membahas lateral thinking.

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, design thinking diartikan sebagai pemikiran desain. Namun, sangat penting diketahui bahwa design thinking merupakan cara kita melakukan proses demi proses hingga mencapai tahap eksperimen terhadap produk/jasa yang dirancang berdasarkan problem yang ada di lingkungan manusia. Pemikiran desain berpusat pada solusi atau strategi yang kita tawarkan dalam menyelesaikan masalah. Dalam dunia pekerjaan  design thinking sangat dibutuhkan yaitu adanya kolaboratif atau kerja sama sehingga menghasilkan produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan dan pemenuhan loyalitas pelanggan dapat tercapai. Maka, sangat dibutuhkan strategi bagaimana memanfaatkan peluang tersebut untuk memperoleh pangsa pasar yang luas  melalui pemahaman keinginan dan kebutuhan pelanggan. Jadi tidak heran banyak perusahaan yang sukses menggunakan design thinking, seperti pada gambar.

Menurut Brown (2010) ada 5 tahapan dalam menghasilkan produk/jasa dengan menggunakan design thinking yaitu Empathize, Define, Ideate, Prototype, and Test. Sebagai contoh perusahaan yang menerapkan tahapan tersebut adalah Gojek. Dimana berawal dari masalah kemacetan di Jakarta yang membuat Gojek berinovasi dalam menyelesaikan hal tersebut melalui alternatif yang disediakan terutama kemudahan pemakian apps dan mobilitas dari produk. Dengan mengetahui masalah kemacetan tersebut maka termasuk dalam emphatize, selanjutnya masuk tahap define yaitu bagaimana pihak Gojek dalam memahami kebutuhan pelanggan yang akan digambarkan dalam sebuah ide (ideate) seperti adanya layanan pemesanan ojek, yang merambah hingga ke pemesanan makanan dan lainnya. Setelah tahap tersebut di desain yang selanjutnya ide tersebut dilakukan uji coba (prototype) dengan membuat aplikasi yang dinamakan Gojek apps untuk mewujudkannya dalam menyelesaikan masalah  maka dibutuhkan test yaitu uji coba dilakukan terhadap pengguna. Hingga akhirnya pihak Gojek akan membutuhkan feedback pengguna untuk evaluasi lanjut.

            Menurut Edward de Bono (1967) lateral thinking atau berpikir horizontal memiliki sifat generative, provokatif, dan lompatan ide. Boleh dikatakan pemikiran ini Out of Box, hal itu terjadi karena pemikiran kita diluar dari pemikiran orang lain dengan maksud menciptakan proses/jalan yang baru dari proses yang ada. Sehingga seringkali jawaban dari pemikiran ini terkadang tidak dapat ditebak hingga pada akhirnya lateral thinker akan menjelaskan dengan konsep yang dia ciptakan. Berpikir lateral diumpamakan sebagai daya imaginasi seseorang, sebagai contoh “Apa yang digunakan bewarna hitam saat dibeli, warna merah saat digunakan, dan abu-abu saat dibuang?” Mungkin kita akan kesulitan menjawab hingga daya imaginasi kita akan bekerja untuk memperoleh jawabannya yaitu “Arang”. Berpikir horizontal ini juga memperbolehkan kesalahan sehingga menghasilkan sesuatu yang kreatif. Maka dari sinilah akan tampak jelas perbedaan kedua pemikiran tersebut bahwa pemikiran desain lebih dominan dalam matematis mengikuti tahapan sebelumnya hingga menciptakan  produk dalam memecahkan masalah sedangkan berpikir lateral lebih dominan memecahkan masalah di luar pemikiran orang lain atau menghasilkan sesuatu yang kreatif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun