Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rusman: Wayang, Raden Yuyutsu-Kurawa Pencil (2)

24 Maret 2019   04:57 Diperbarui: 9 Mei 2019   13:44 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raden Yuyutsu- Kurawa Pencil

Tapi bagi Sengkuni syarat yang disampaikan oleh Begawan Abiyasa itu bukanlah sesuatu yang aneh. Sengkuni percaya bahwa sang begawan tidak mungkin mengada-ada, apalagi ini menyangkut nasib dari garis keturunannya sendiri.

Maka sehari setelah tangisan kakaknya itu Sengkuni sengaja minta ijin kepada Pangeran Drestarasta untuk bisa berlama-lama dengan Kang mbok Dewi Gendari di kamar pribadinya.

"Antarkan aku pulang ke Gandara Dinda Sengkuni. Untuk apa kita berlama-lama hidup di sebuah negeri yang tidak menghargai kita sama sekali, "kata Dewi Gendari.

"Ampun kakang mbok dewi, bolehkah aku sedikit punya usul kepada kang mbok?" Tak ada jawaban, yang ditanya masih terbenam dalam kepiluan hatinya. Tapi bagi Sengkuni diam bisa dianggap setuju.

Maka begitulah Sengkuni mulai mengetrapkan keahliannya, yaitu menyusun strategi demi kebaikan calon keponakannya kelak.

"Percayalah kang mbok aku yang akan mengatur semuanya nanti, " katanya pelan, "untuk sekarang kakang mbok harus mengalah dulu. Ini demi kebaikan putra-putri kakang mbok sendiri."

Tetapi Dewi Gendari tetap diam, hanya air mata yang menjadi jawaban atas kata-kata adiknya. Dalam batin wanita ini merasa aneh, Hario Suman adiknya sendiri yang selama ini selalu menjadi tempat ia mengadu tentang kepedihan hati sekarangpun tiba-tiba tega terhadap dirinya.

Mengapa mendadak seisi dunia ini membenci diriku? Oh, aku kini dalam keadaan mengandung besar. Bayiku tak kunjung bisa aku lahirkan dan karenanya tak mungkin aku kembali ke Gandara tanpa suamiku. Tapi untuk tetap berdiam di istana keparat ini rasa-rasanya juga tidak mungkin.

"Aku tak kuat lagi Sumaan..!" lagi-lagi tangis Dewi Gendari terasa mengiris-iris batin Sengkuni. Lebih-lebih ketika dilihatnya kakang mbok nya itu jatuh terjerembak di bibir tempat peraduannya.

Maka bukan main gemparnya seisi istana utara. Tergopoh-gopoh semua orang datang dan mencoba menolong istri sang Drestarasta.

Bersambung di link berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun