Tindaka Patih Sengkuni mengundang pendekar bayaran untuk memperkuat tentara Astina ternyata berbuah simalakama.Â
Para pendekar liar yang tidak terbiasa hidup di lingkungan keraton itu sering membuat onar.
Baru-baru ini seorang wanita yang ditugaskan mengantar makan siang telah mendapatkan perlakuan tak senonoh.Â
Dan wanita itupun menjerit-jerit histeris sambil berlari keluar dari asrama para pemuda asing itu.
Kontan Raden Kartamarmo yang kebetulan sedang bertugas keliling istana segera mencabut pedang untuk mengatasi keadaan.
Dalam pada itu Patih sengkuni yang mendengar hiruk pikuk itupun segera melerai pula.
Semua orang berpaling kepada Patih Sengkuni, dan orang tua itu berkata seterusnya:
"Kadang-kadang kita memang perlu bertindak tegas, supaya jika terjadi persoalan yang sebenarnya tak perlu terjadi.
Tetapi sebaiknya tindakan tegas itu tidak terjadi dalam kesalah-pahaman. Sebaiknya tindakan itu harus terjadi secara sadar."
Tak satupun orang yang ada di tempat itu menyahut. Semua laki-laki itu seolah-olah masih membeku.
"Sekarang sarungkan pedang masing-masing?" berkata Sengkuni seterusnya.