Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rusman: Artikel Sedulur Sinorowedi (1)

19 Januari 2019   09:56 Diperbarui: 7 Juli 2021   17:55 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rusman: Artikel Sedulur Sinorowedi (unsplash/aaron burden)

Di samping karena pola kehidupan sosial yang terwarisi dari para leluhur masih sangat kuat juga karena mereka memiliki waktu yang sangat longgar.

Jalinan kehidupan sosial yang erat itu bisa pula disebabkan oleh mainset atau pola pikir mereka yang sederhana.

Hidup "salumrahe" tidak perlu "neka-neka", yang penting cukup papan-pangan-sandhang (rumah-pakaian-makan), maka hidup ini rasanya sudah lengkap.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka dinding kehidupan sosial seperti itu nampaknya semakin terkikis oleh pola kehidupan yang baru. 

Pola pikir yang individualistis dan pragmatis semakin nampak jelas teraktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Baca juga : Jenang Asli Buatan Orang Jawa

Lahirlah kemudian gaya hidup yang konsumtif dan hedonistis ialah hidup yang lebih banyak mengandalkan uang, harta dan kesenangan.

Di tengah gelombang model kehidupan yang seperti itulah, maka tiba-tiba saja konsep dan penerapan "sedulur sinorowedi" itu bagaikan hilang dari tata pergaulan masyarakat kita.

Mengapa bisa begitu? Tidak lain karena konsep sinorowedi yang penulis gambarkan di atas masih tergantung sekali pada wujud fisik manusia.

Masih didasari oleh sikap dan pandangan orang lain di mana sikap orang lain itu mudah sekali terhempas oleh perkembangan situasi dan kondisi lingkungannya.

Di bawah ini ada lagi satu konsep sedulur sinorowedi yang lebih didasarkan pada pandangan spiritualisme, ialah apa yang orang tempoe doeloe sering menyebutnya sebagai "kakang kawah, adhi ari-ari."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun