Kehidupan manusia dalam pewayangan tidak ubahnya seperti kehidupan manusia dalam alam nyata (The Real Life). Dalam wayang banyak tokoh yang berhati jahat, suka membunuh, suka menyakiti orang lain, suka menggoda istri orang, hidup nya serakah, atau semacamnya.Â
Demikian pula dengan manusia dalam dunia nyata ini, saling fitnah, saling ejek, saling hasut, saling tendang. Bahkan dalam banyak hal manusia terasa lebih kejam daripada makhluk yang lain.
Tak usah kita pungkiri, bukankah orang-orang pendahulu kita telah sukses membuktikan keserakahan mereka? Yaitu dengan keberhasilannya menggelar perang berkelas dunua.Â
Telah terbukti beberapa kali menampilkan perang besar dan masiv yang melibatkan sebagian besar negara-negara di dunia dan oleh karena itu kita sebut sebagai Perang Dunia (Global War).
Demikian pula dengan wayang, terutama dalam seri Mahabarata versi Jawa. Dalang legendaris almarhun Ki Narto Sabdo dalam lakon Salyo-Duryudana gugur telah berimprovisasi. Bahwa di dunia pakeliran itu ada ada 4 (empat) perang yang sejelas dengan perang dunia.Â
1. Perang yang disebut Pamuksa, yaitu perangnya antara Prabu Pandudewanata raja agung Negara Astina (ayah Pandawa) dengan Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgondani (mertua Wrekudara).
2. Perang Gozali Suto, yaitu perang antara bapak dan anak. Ialah antara Prabu Kresna (bapak) dengan Prabu Bomanaraka Sura (anak).
3. Perang Guntoro Yono, yaitu perangnya Begawan Ciptoning (Arjuna pengawak pandita) dengan si Raja besar raksasa Niwatakawaca.
4. Perang Barata Yuda, adalah perangnya dua saudara yaitu Pandowo dan Kurawa.
Empat perang ini oleh KNS memenuhi syarat untuk dianggap sebagai perang dunia karena menyeret keterlibatan  raja-raja dan pasukannya di berbagai kerajaan.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI