Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejenak tentang Konsep Negara

21 Oktober 2018   23:48 Diperbarui: 21 Oktober 2018   23:57 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semenjak manusia dilahirkan, ia memiliki dua hasrat yang amat penting bagi perkembanghan berikutnya, yakni: hasrat untuk menyatu dengan manusia lainnya, dan hasrat untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya. Keinginan manusia untuk dapat hidup bersama dengan manusia lain itu disebut sebagai gregarionees. Para ahli ilmu sosiologi mengemukakan bahwa perasaan gregrarionees inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut dengan interaksi sosial.

Tetapi pada sisi lain secara filsafati hakekat manusia adalah "indisidualityas sosialitas". Dikatakan individualistis sebab manusia selalu ingin berbeda satu sama lain. Dia memiliki gengsi untuk membuktikan diri bahwa dirinya lebih baik, lebih unggul, lebih pantas untuk memimpin, dsb. Sedangkan hakekat sosialitas mengisyaratkan cara bahwa manusia selalu ada bersama, dan ada bersama itu berarti saling ingin bertemu.

Kesadaran untuk selalu bertemu itu melahirkan konsekwensi harus bermasyarakat. Bermasyarakat berarti merupakan penggabungan, dan pengabungan itu merupakan kesatuan yang sewaktu-waktu dapat bubar atau tidak selamanya.

Semua yang penulis uraikan di atas melahirkan sikap dalam diri manusia, ialah perasaan ingroup dan outgroup. Perasaan ingroup itu menciptakan kewajiban kawan-kawan anggota kelompok untuk turut serta dalam kegiatan-kegiatan kelompoknya. Melahirkan kode etik atau kesepakatan, yang pada gilirannya tercipta norma dan nilai sesame.

Sedang perasaan outgroup berarti ia merasa tidak diperkenankan turut serta dalam kelompok lain yang berbeda, merasa sebagai orang luar. Untuk bisa berkumpul atau bersatu dalam kelompok tersebut ia harus membuktikan dahulu tingkat solidaritasnya dalam kelompok tersebut baik suka maupun duka. 

Kalau dalam kelas yang lebih besar gabungan dari kelompok-kelompok atau masyarakat-masyarakat yang memiliki perasaan atau nasib sejarah yang sama itu akhirnya membentuk kelompok besar yang disebut "bangsa". Bangsa menyadari adanya bahaya yang sewaktu-sewaktu dapat mengancam, maka mereka membentuk "tata ikatan bersama" (body politic) yang artinya adalah bahwa negara merupakan cita-cita bersama dari berbagai kelompok masyarakat itu.

Dari sinilah terlihat betapa pentingnya Pancasila yang merupakan basis idealis bagi Bangsa Indonesia. Pancasila merupakan basis cita-cita yang mampu menjadi pedoman tingkah laku dalam berbagai tata hidup. Maka pada gilirannya Pancasila juga dapat dikatakan sebagai pegangan ethic untuk menjadi penyorot atau pengontrol tingkah laku kita sehari-hari. 

Pun sebagai pegangan ethic maka Pancasila mengandung dasar statis dan leadstar (bintang utama) yang dinamis yang dibangun dari berbagai unsur kehidupan (life) dalam diri Bangsa Indonesia. Unsur yang hidup secara statis dan dinamis (pada sisi lain) itulah yang merupakan cita-cita nasional yang sekaligus merupakan respon terhadap situasi yang ditimbulkan oleh masa penjajahan. Demikian sekilas, semoga bermanfaat. Salam!***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun