Mohon tunggu...
Rusli Akhmad Junaedi
Rusli Akhmad Junaedi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Sedang mendalami etika lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Balam Dendam Terindah

9 Januari 2014   13:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389251633260313439

Salah satu yang membuat kita merintih saat terluka dengan merasakan luka itu sendiri

Kita semua pasti pernah mengalami kejadian tak mengenakan dalam hidup. Sakit hati, kecewa, kegagalan, dan masih banyak lagi semua rasanya campur aduk menjadi satu. Ketika kita disakiti oleh orang lain pikiran rasanya ingin membalas tapi hati berkata lain.

Daripada balas dendam lebih baik kita ucapkan terima kasih atas segala perbuatannya. Andai kita membalas dendam, tak ada bedanya dengan dia, sama-sama penjahat. Untuk mengontrol emosi, usahakan kita menjaga jarak dengannya, ketahuilah bahwa dia bukan orang yang layak untuk diajak bergaul.

Asal kalian tahu bahwa orang bresengsek itu guru terbaik.

Kok bisa begitu?

Adanya mereka membuat kita semakin mawas diri. Mengkoreksi diri sendiri, lalu membandingkan perbuatan kita dengan perbuatannya. Gunakan itu sebagai acuan untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Mungkin dengan orang lain menyakiti kita, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Apabila hati kita masih tetap ingin balas dendam, balas dendamlah dengan baik dan elegan. Cara terbaik untuk balas dendam dengan berbuat baik pada orang yang telah menyakiti kita. Jika kita masih berpikir “Enak saja, dia harus merasakan apa yang kurasakan dulu,” maka selamanya masalah tak akan pernah selesai.

Mari kawan, kita letakan segala sesuatu pada tempatnya. Lampiaskan kekalutan dalam jiwa seindah mungkin. Misalnya,kita dihujat oleh teman-teman di kantin sekolah, jangan mudah tersulut emosi. Tarik napas sejenak dan tenangkan diri. Bangkit, lalu bayar apa yang telah mereka makan tanpa sepengetahuannya, itu akan jauh lebih baik kalau kita punya uang yang cukup. Akan tetapi kalau kita tak punya uang, doakan supaya Allah membukakan mata hati mereka. Siapa tahu dikesempatan mendatang hidayah datang menghampiri. Mereka yang dulu menghujatmu kini berbalik menjadi kawan. Sungguh itu nikmat yang luar biasa.

Mulai sekarang ubah sudut pandang kita. Lihatlah semua dari sisi positifnya. Lupakan segala sisi buruk yang justru melemahkan.Kini satu-satunya kewajiban kita sebagai muslim adalah menjadi agen muslim yang baik.

Hanum Salsabiela Rais, dan Rangga Almahendra, 99 Cahaya di Langit Eropa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. ... .

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun