Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tokoh Bicara : Jurus Jitu Bambang P. S. Brodjonegoro di Mercusuar Pembangunan

2 September 2016   05:40 Diperbarui: 2 September 2016   07:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh Bicara : Bambang Brodjonegoro tampil sebagai pembicara utama (dok : pri)

Gedung  Bappenas di Jalan Taman Suropati  nomor 2 nampak megah  berkelir putih bersih. Gedung bergaya  Eropa (Belanda) ini memang dibangun di kawasan hunian Menteng. Tak Jauh dari gedung Bappenas hanya dipisahkan jalan  terdapat rumah dinas wakil presiden RI . Kawasan menteng memang asri, teduh karena banyak di tumbuhi pohon pohon besar.  

Senin (29/8) Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional /Bappenas  bekerjasama dengan Kompasiana mengadakan acara  Tokoh Bicara. Hadir sebagai pembicara utama Prof Bambang Permadi Soemantri  Brodjonegoro Phd yang pada tanggal 28 Juli kemarin resmi dilantik Presiden Joko Widodo sebagai mentri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) sekaligus sebagai ketua Bappenas. Meninggalkan pos lamanya di lapangan Banteng  sebagai mentri  Keuangan.

Sebagian besar  orang tahu peran  Bappenas  adalah menjadi  otak dari lahirnya kebijakan strategis di zaman Orde baru . Ketika itu Para pemikir perencanaan pembangunan bekerja dalam tim yang solid. Mengelola rencana (blue print) jangka panjang hingga jangka pendek. Di gedung inilah terdapat banyak tokoh nasional yang pernah memimpin badan yang sangat dihormati ketika zaman orde baru berkuasa. Sejak zaman Widjojo Nitisastro hingga saat ini dipimpin Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.

Walau sejatinya, para pemikir rencana pembangunan sudah ada sejak akhir  tahun 50-an. Walau belum dalam satu institusi resmi negara. Para pemikir yang terdiri para ahli ekonomi  ini sering bertemu mengadakan diskusi .Pembangunan dan modernisasi menjadi isu yang dibahas ketika itu.

Peran pemikir pembangunan ini menemui jalannya ketika orde baru muncul menggantikan orde lama. Keadaan ekonomi yang memprihatinkan. Hiper Inflasi mengungkung Indonesia. Hampir semua sektor mengalami kesulitan. Pembangunan Indonesia memang mangalami  tekanan berat. Tingkat kemiskinan dan pengangguran masuk dalam kategori merah. Gonjang ganjing politik di zaman orde lama merupakan simpul yang menyebabkan  ekonomi Indonesia morat marit.

Perpindahan kekuasaan yang terjadi ditahun 1967 memberikan semangat baru. Soeharto terpilih menjadi Presiden . Orde baru menjadi antitesa orde lama. Memulai pemerintahan dengan keadaan yang cukup memprihatinkan. Soeharto memimpikan memiliki pemikirpemikir  ulung yang merencanakan pembangunan nasional. Maka dibentuklah sebuah badan yang merupakan otak (thingk tank) yang menjadi pola sentralistik pembangunan nasional.

Pada era itu Presiden Soeharto menaruh kepercayaan dan kekuasaan penuh terhadap Bappenas. Sentralistik pembangunan dimulai pada era tahun 70-an. Bila pemerintah pusat bilang A maka seluruh daerah harus sama  A. Ada positif dan ada negatifnya. Pola pembangunan pada zaman orba lebih menitik beratkan pada pertumbuhan dan stabilisasi. Seluruh hal harus stabil , termasuk politik dan media massa.

Walau begitu Bappenas ketika itu dinilai berhasil menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menaikkan income nasional, menurunkan tingkat kemiskinan, menurunkan tingkat buta huruf. Selain itu  orde baru sedang menikmati booming minyak bumi.  Torehan pendapatan minyak bumi melejit . Tak heran bila sektor migas menjadi penghasil pendapatan nasional nomor satu

Indonesia juga berhasil membangun industri.  Iklim investasi berhasil menarik minat  investor. Maka perusahaan dunia berlomba masuk ke Indonesia,  industri elektronik, sepatu dan garmen menempati urutan pertama, Begitu juga perusahaan otomotif. Hebatnya, saat itu komoditas pertanian juga sedang melambung harganya dipasaran dunia. Cengkeh, Pala, Coklat,Kopi, karet dan banyak komoditas lainnya melejitkan orang kaya di daerah daerah. Banyak petani menjadi orang kaya baru.

Di zaman Orba , Bappenas menjadi panglima yang tampil didepan. Seluruh hasil kajiannya menjadi acuan penting yang harus diikuti. Tak heran bila Bappenas tampil trengginas. Kajiannya menjadi kebijakan resmi pemerintah . Masih ingat, Rencana Pembangunan Lima tahun (Repelita). Ada titik fokus pada setiap Repelita. Kalau dikaji dari Repelita satu hingga Repelita Lima akan terlihat perubahan pola pembangunana Indonesia dari negara agraris berubah menjadi negara industri. Tahapan rencananya sudah benar . Setelah 25 tahun maka akan masuk pada era tinggal landas.

Nah, inilah rencana jangka panjang 25 tahun. Bappenas sudah membuat blue print hingga jauh ke 25 tahun kedua. Sayangnya, ketika krisis Asia datang pada tahun 1998. Indonesia kembali ke basic. Kembali menjadi negara “miskin” dihantam badai krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun