Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadilah Diri Sendiri, Tidak Perlu Menjadi Orang Lain

10 Februari 2017   14:18 Diperbarui: 4 April 2019   06:35 6950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi pengikut orang lain, seperti pemimpin, tokoh idola, atau artis tentu sah-sah saja. Namun, perlu diingat bahwa kita adalah diri sendiri. Kita berbeda dengan dia, mereka, atau siapapun orangnya. 

Kita mempunyai jati diri dan ciri khas yang berbeda dengan orang lain. Jati diri tersebut mesti dipertahankan hingga tutup usia. Sebab, Jati diri adalah sesuatu yang menyatu di dalam jiwa manusia sejak lahir. Seseorang yang misalnya tampil lugu di mana pun berada maka begitulah kenyataanya, Jati dirinya tidak serta-merta dapat diubah dengan berpenampilan mewah, Menggunakan  make-up tebal, ataupun mengenakan pakaian mewah layaknya selebriti.

Kadang kala manusia suka melupakan  jati dirinya manakala larut dalam budaya yang sedang menjadi tren atau digemari masyarakat. Mereka ikut-ikutan memuja artis, selebriti , atau publik figur tertentu. Meskipun sebenarnya dia tidak suka dengannya,tapi  karena faktor tenar atau ketampanan juga kecantikan artis tersebut.

Dalam konteks lain, ada orang yang mengikuti aliran keagamaan tertentu secara membabi buta tanpa dasar ilmu. Para pengikut tersebut tidak tahu-menahu tentang aliran yang diikuti tersebut. Padahal, paham yang diajarkan keliru bahkan menyimpang, mengajarkan kekerasan, Serta suka membuat keonaran di mana-mana. Karena membuat orang lain merasa tidak tenang serta banyak menyebarkan hasutan, kebencian menimbulkan kerusakan dan kesalahpahaman di banyak tempat. 

Akibat Mengidolakan Seseorang dengan membabi buta

Manusia boleh mengidolakan orang lain, Tapi harus mengingat dirinya sendiri. Jika dirinya orang yang baik, tegas, suka menolong dan berbagi, untuk apa mempunyai idola seorang tokoh yang jelas-jelas tersangkut masalah korupsi? Tidak ada gunanya mengidolakan seorang tokoh yang memiliki moralitas lebih rendah dibandingkan dengan dirinya sendiri. Dalam mencari jati diri, terkadang sesorang tidak menyadari bahwa dirinya ibarat mutiara yang terpendam. Meskipun terpendam, mutiara tetaplah batu mulia yang sangat berharga. Namun, Karena terpendam mutiara itu tidak muncul ke permukaan sehingga tidak terlihat.

Dalam dunia idola, moralitas bukanlah persoalan penting. Faktor terkenal membuat banyak orang mengidolakan seseorang, khususnya kalangan selebriti dan tokoh. Tidak dapat dipungkiri ada sebagian selebriti atau tokoh tersandung kasus pornografi, narkoba, penganiayaan, dan prilaku yang mencerminkan moralitas rendah atau kurang budi pekerti, Namun, nyatanya mereka masih digandrungi oleh banyak orang yang seakan tutup mata atas segala cela pada diri mereka. Tidak perlu kita mengidolakan orang lain melebihi proporsi, menurut saya pantang mengidolakan orang lain secara berlebihan hingga mengabaikan nurani dan lupa diri. 

Sebagai manusia yang dikaruniai hati nurani tentunya harus mempunyai prinsip. Untuk apa Anda membabi buta dalam mengidolakan orang lain? Lebih baik menjalani hidup dengan menjadi diri sendiri. 

Ahmad Rury

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun