Mohon tunggu...
Rurin Elfi Farida
Rurin Elfi Farida Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Just a humanbeing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar dari OSD

6 Februari 2022   21:27 Diperbarui: 6 Februari 2022   21:33 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral. Sumber ilustrasi: PIXABAY/ktphotography

Peristiwa viralnya video ceramah ustadzah Oki Setiana Dewi yang disinyalir mendukung KDRT menyisakan banyak pelajaran bagi kita. Setelah yang bersangkutan, mengklarifikasi sekaligus meminta maaf atas kekeliruannya, reaksi publik pun juga beragam. Ustadzah yang lahir dari dunia entertainment ini juga sekaligus mengunggah versi lengkap video ceramahnya yang tayang dua tahun yang lalu. Ada yang antipati namun tak sedikit yang bersimpati. 

Bagaimanapun juga, lepas dari pro dan kontra yang mewarnainya, ada beberapa point penting yang bisa kita jadikan ibrah/ pelajaran dalam melakukan apapun di dunia digital seperti sekarang. Bahkan jika hal yang kita lakukan secara offline alias tidak disorot media pun, tetap ada peluang adanya oknum tertentu yang mungkin mengabadikan dan mengunggahnya ke dunia maya secara ilegal demi kepentingan konten.  Mari kita pahami dengan jeli agar tidak menyisakan permasalahan di kemudian hari.

Pertama, berhati-hati dalam memilah dan memilih tema atau pun konten materi yang sekiranya menyentuh wilayah yang 'rawan' dan bisa memantik bias yang meresahkan. KDRT  yang dimaksud ustadzah Oki bisa jadi yang dimaksudkan adalah aib suami. Namun, karena perbedaan interpretasi dan persepsi, seolah hal tersebut adalah sebuah upaya melegalkan KDRT. Risiko dunia digital memang fatal. Rekam jejak digital tidak akan pernah hilang sepanjang masa. Oleh karena itu, sangatlah penting terutama bagi public figure untuk mempersiapkan diri dengan hati-hati agar tidak terjebak dalam kesalahan fatal. Menghindari diksi sarkasme, atau pun sikap yang tidak humanis, akan sangat menguntungkan seorang public figure.  Meski tak bisa dipungkiri bahwa manusia tempatnya salah dan lupa, namun kehati-hatian paling tidak bisa meminimalisir kesalahan tersebut.

Kedua, Berani untuk meminta maaf kepada publik.  Jika pun dengan sangat terpaksa, kita terjebak dalam kesalahan, maka akan sangat baik jika kita berbesar hati untuk meminta maaf. Ustadzah Oki dengan besar hati meminta maaf atas kesalahannya meski banyak juga yang membelanya. Toh meminta maaf tidak akan menurunkan kualitas keilmuan maupun harga diri seseorang. Berani salah pun juga merupakan sebuah proses menuju kebenaran sejati.  Orang benar bukan berarti mereka yang tidak pernah berbuat salah sama sekali, namun, orang yang bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya dan menjadikannya sebagai sebuah pelajaran hidup agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama.

Ketiga, Pastikan anda mempunyai tim penjamin mutu yang sekiranya bisa mengontrol konten yang diunggah ke dunia sosial media. Tak harus berupa tim profesional berbudget besar, namun, bisa juga keluarga,saudara atau teman yang kredibel dan bisa memberikan saran dan masukan terkait hal-hal yang urgent dalam hal tersebut.  Ingat, bagaimanapun juga kebebasan kita dalam berkonten di dunia maya, juga berbatasan dengan kebebasan yang dimiliki oleh orang lain. Pastikan bahwa kita  tidak menyenggol wilyah atau privacy orang lain yang bisa berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan. Fakta membuktikan bahwa banyak sekali konten viral yang asal, ujung-ujungnya dilaporkan dan berakhir di jeruji besi. Naudzubillah. 

Meski demikian, kita tak perlu phobia berlebihan hingga tak juga berani bersuara. Mungkin kita bisa memulainya dengan tulisan, jika tak pintar berkonten lisan. Eits, tapi risikonya juga tak jauh beda. Intinya tetaplah pada kehati-hatian dalam bertutur, bersikap dan bertindak.  Salamatul Insan fi hifdil lisan. Keselamatan manusia terletak pada kepiawaiannya menjaga lisan. Yang lebih utama dari semuanya adalah kita harus tetap dalam kesadaran bahwa manusia yang baik adalah mereka yang mau saling mengingatkan dalam kebaikan. Bukan justru menjadi kompor yang memanaskan kedamaian. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun