Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlukah Memperingati Hari Lahir Pancasila dengan Upacara Bendera?

8 Juni 2023   12:55 Diperbarui: 8 Juni 2023   13:05 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari Tribun Bali.com

Hari ini Kamis, tanggal 1 Juni 2022. Hari dimana kalender tertulis tanggal merah, itu artinya tanggal dimana para pegawai menjadi hari libur  nasional.

Kami para guru beranggapan sama bahwa hari itu adalah hari libur. Namun sesaat setelah jam istirahat tiba-tiba ada pemberitahuan bahwa tanggal 1 Juni 2023 diharapkan mengadakan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila.

Ahirnya kamipun para guru di satuan pendidikan mengadakan upacara dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila.

Pentingkah kita memperingati Hari Lahir Pancasila? 

Tentu jawabannya beragam, ada yang mengatakan penting, ada yang menyampaikan biasa saja, semua perspektif, tergantung sudut pandang.


Semua tahu bahwa Pancasila menjadi falsafah hidup negara juga menjadi dasar berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimanapun kita harus menjadikan dasar dalam berkehidupan. Apapun bentuknya kita harus menghormati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sudahkan kita mengamalkan sila-sila dari Pancasila?

Tanpa kita sadari baik dalam keluarga maupun lingkungan sekolah sebenarnya kita sudah mengimplementasikan sila-sila tersebut dalam keseharian kita. Disadari atau tidak sebagai warga tentu secara tidak langsung sudah mengamalkannya.

Sila Ketuhanan yang Maha Esa

Upacara bendera memperingati Hari Lahir Pancasila di SDN Tunggulrejo Singgahan Tuban. Dokumen pribadi
Upacara bendera memperingati Hari Lahir Pancasila di SDN Tunggulrejo Singgahan Tuban. Dokumen pribadi

Bagaimana kita mengamalkan sila pertama dari Pancasila? Kita adalah masyarakat yang berketuhanan, tentu kita percaya adanya Tuhan. Untuk itu dalam menjalankan ibadah kita menganut kepercayaan yang kita yakini.

Walaupun bentuk dan cara beribadah tidak sama tapi secara umum, sebagian besar dari kita sudah menunjukkan pengamalan sila pertama dengan percaya  kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara melakukan apa diperintahkan dan menjahui larangannya.

Demikian juga ketika menemui teman,kerabat, tetangga ataupun komunitas kita yang berbeda agama, kita saling menghormati, saling toleransi sehingga tumbuh rasa aman dan nyaman dalam berinteraksi.

Bagaimana saya mengajarkan pada anak juga pada murid?

Sebagai orang tua, tentu kita akan memberikan yang terbaik bagi anak dengan menanamkan sikap dan karakter yang baik. Kita mengajarkan bagaimana cara beribadah kepada Tuhan yang Esa, berbagi dengan sesama, juga saling menghormati agama yang dianut.

Misalnya di sekolah tempat saya mengajar, semua siswa melaksanakan salat dhuhur berjamaah, bagi  non muslim tentu tidak ikut, tanpa saya suruh dengan lapang dan tidak merasa keberatan dia  menunggu hingga selesai jamaah.

Selama ini hubungan diantara merekapun juga baik, bermain bersama, ke kantin bersama dan kerja kelompok bersama. Tidak ada yang bertengkar karena perpedaan agama, jikapun sempat bertengkar semata-mata karena bermain yang tidak kompetetif.

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar murid. Dokumen pribadi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar murid. Dokumen pribadi.

Suatu hari, saat istirahat tiba Khanza berteriak-teriak,,," jangan makan penthol di dekatku!" Kata-kata itu diulang beberapa kali. Devi yang saat itu makan penthol dengan santainya tidak menghiraukan teriakan Khanza.

Saya yang kebetulan lewat berhenti sejenak dan menanyakan, kanapa Khanza mendorong tubuh Devi  untuk menjauh. Menurut teman-temannya Khanza tidak suka bau penthol, jika dia tahu dan membau maka seketika dia akan muntah. Devi yang sudah tahu justru malah meledek melihat Khanza marah-marah dia malah senang. 

Ahirnya sayapun menasehati Devi untuk segera menjauh dari Khanza. "Dev,i kamu harus mempunyai rasa toleransi dengan Khanza, kasihan dia akan muntah karena bau penthol, dengan menjahui Khanza kamu sudah mengamalkan sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab".

Tentu banyak sekali hal-hal yang kita temui bagaimana kita mengamalkan sila kedua ini, baik di lingkungan keluarga, kantor, sekolah  maupun yang lain. Dalam keluarga tentu kita memberikan contoh dan keteladanan yang baik bagi anak-anak, bagaimana kita membantu tetangga saat mempunyai hajat atau ketika sedang berduka.

Semua yang kita lakukan adalah tumbuh dari rasa kemanusiaan yang terdapat dalam sila kedua Pancasila.

Sila Persatuan Indonesia

Tak henti-hentinya para tokoh nasioanal, tokoh agama, juga tokoh masyarakat mengumandangkan ajakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Di atas semua golongan dan untuk semua golongan tanpa memandang adat istiadat, suku, ras dan agama. Semua komponen bangsa diharapkan menjaga dan memupuk rasa persatuan ini dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan.

Sebagai guru juga orang tua kita dapat menanamkan pada anak-anak dengan  mengajak mereka  menghargai pendapat teman saat bermain, mendengarkan anak saat memberikan usulan sehingga anak-anak merasa dilibatkan dalam sebuah keputusan.

Jika keputusan sudah diambil secara bersama-sama maka tak ada lagi hal yang mengundang perpecahan karena semua telah sepakat dengan keputusan yang dibuatnya.

Suatu hari, anak-anak berencana akan membezuk Zawa Karena sudah 5 hari tidak masuk karena sakit, namun menjadi ricuh karena perbedaan pendapat apa yang akan dibawa saat membesuk Zawa. Ada yang usul dibawakan roti, susu dan makanan kesukaan Zawa, ada yang usul dibawakan uang saja.

Perbedaan ini ahirnya menjadi kesepakatan jika semua saling menghargai pendapat, bagi yang usul dibawakan uang karena Zawa saat ini membutuhkan uang untuk meringankan biaya pengobatannya. Ahirnya mereka menyepakati membawa sejumlah uang walaupun nominalnya tidak seberapa.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawarata Perwakilan 

Sudah banyak yang kita saksikan bagaimana negeri ini menyelenggarakan pemilihan pemimpin. Baik pemilihan presiden, gubernur, walikota, bupati, hingga pilihan kepala desa. Semua dilakukan dalam rangka mengamalkan sila keempat Pancasila.

Juga menyelenggarakan pemilu setiap lima tahun sekali untuk memilih anggota wakil rakyat baik ditingkat pusat hingga daerah. Walaupun masih banyak yang harus diperbaiki dalam menjalankan demokrasi ini.

Sebagai guru dan orang tua kita bisa memberikan tuntunan pentingnya mengambil keputusan,  berdasarkan suara terbanyak, tidak merugikan orang lain dan dapat dilaksanakan oleh semua pihak.

Banyak kegiatan di sekolah yang harus melibatkan anak-anak untuk kita ajak bermusyawarah, misalnya saat akan dilaksanakan purna siswa kelas 6. Anak-anak dimintai pendapatnya, apa saja yang akan ditampilkan dalam kegiatan tersebut.

Dengan senang hati mereka mengusulkan penampilannya berdasarkan bakat dan minat mereka, semua akan menunjukkan bakat dan potensinya. Dengan demikian hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan terwakilkan dalam sebuah kegiatan yang bermakna bagi murid.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pada sila kelima ini, kita diharapkan dapat berjiwa sosial juga berkeadilan. Hal-hal yang mungkin sudah kita lakukan saban hari, bagaimana kita menghargai orang lain dalam bertetangga, walaupun berbeda prinsip, berbeda agama, namun atas dasar kemanusiaan dan jiwa sosial kita bisa hidup berdampingan.

Sebagai orang tua kita menyadari, walaupun anak-anak kita terlahir dalam satu rahim toh nyatanya mereka mempunyai karakter yang tidak sama. Ada yang penurut dan sabar, ada yang tegas dan pemberontak, juga ada yang manut dan tawadhu' nurut apa kata orang tua.

Semua menjadi cerminan bagi kita untuk mewadahi perbedaan. Demikian juga sebagai guru kita bisa melakukan pembelajaran yang berdiferensiasi karena mereka mempunyai kebutuhan belajar yang tidak sama.

Disinilah kita dituntut untuk melaksanakan apa yang disebut dengan berkeadialan sosial. Dalam hal ini sebagai pemimpin pembelajar kita harus tahu apa kebutuhan belajar murid sehingga kebutuhan belajar mereka terpenuhi.

Bapak dan Ibu, dalam rangka hari lahir Pancasila ini, kita menyadari pentingnya mengingat kembali bagaimana perjuangan tokoh nasional yang telah memberikan ide dan gagasannya tentang dasar negara bangsa ini.

Bersyukur karena dasar negara yang dicetuskan tersebut menjadi falsafah hidup Bangsa Indonesia hingga saat ini.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun