Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ragam Bungkus Daun Pisang (Part 1)

24 Juli 2023   10:08 Diperbarui: 24 Juli 2023   10:15 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bungkus " tum " dan " pincuk " ( sumber : doc. koleksi foto pribadi )

DAUN yang banyak digunakan untuk membungkus makanan atau sebagai ajang tempat makan, ya daun pisang. Ternyata, membukus makanan atau membuat ajang makanan dengan daun pissang, ada banyak ragam dan tekniknya lho ! Yuk, kita intip, bagaimana sih teknik membungkus makanan dengan daun pisang itu ?

     Bagi masyarakat yang lingkungannya banyak dengan tanaman pohon pisang, tentu membungkus makanan denan daun pisang, bukanlah hal yang asing lagi. Namun soal teknik, antara daerah yang satu dengan daerah yang lain boleh jadi berbeda -- beda. Oleh karena itu apa yang penulis tuturkan disini bersifat lokal, walaupun tidak tertup kemungkinan ada yang sudah  cukup dikenal secara nasional.

     Ada beberapa teknik untuk menjadikan daun pisang sebagai pembungkus atau ajang tempat makanan, dan masing -- masing punya nama sendiri -- sendiri, seperti :

Bungkus " Tum "

     Membungkus olahan makanan dengan cara di tum, ini yang paling banyak digunakan hingga sekarang ini. Caranya, selembar daun pisang, di isi tengahnya, kemudian ditekuk ke atas lalu dilipat tepinya ke tengah dan bersatu antara dua ujung tersebut, kemudian disemat dengan biting. Contoh makanan yang ditum adalah ; botok atau pelas, kueh utri, kueh mendut , bongko dan sebagainya. Atau kalau kita beli pecel atau bubur sumsum tapi untuk dibawa pulang juga di tum.

Bungkus " Pepes "


     Membungkus untuk mengolah bahan makanan dengan bungkus pepes jug masih banyak dilakukan. Caranya bahan makan yang akan dipepes ditaruh diatas selembar daun pisang, diatasnya ditutup dengan selembar daun juga, ,kemudian kedua sisinya masing-masing ditangkupkan ketengah, dan kedua ujungnya disemat dengan biting lidi ( atau tusuk gigi ), kemudian dipanggang diatas kuali yang terbuat dari tanah liat. ( tapi untuk jaman sekarang, sebagaian  sudah menggunakan alat panggang modern )

Bungkus " Pincuk "

     Membungkus makanan dengan dipincuk, ini juga masih banjyak digunakan. Misalnya makanan jajan pasar, seperti getuk singkong, oyek, ketan masih dibungkus model pincuk. Demikian pula bila menyajikan makanan untuk sarapan orang bekerja disawah atau diladang atau orang yang ramai-ramai bekerja bergotng royong " mbangun desa ", juga memakai bungkus pincuk sebab untuk sarapan biasanya bukan nasi, tapi ya itu tadi, getuk atau nasi ketan. Bila berupa nasi bungkus, model ditum. Dan tentu saja bungkus itu juga sekalian sebagai ajang makan.

Bungkus " Tempelang "

     Awas, jangan keliru dengan " tempeleng " ya ? Bungkus tempelang ini mirip dengan bungkus pincuk, tapi ujungnya disemat dengan lidi atau biting. Tapi fungsinya juga beda. Bila pincuk untuk  membungkus makanan, sedang tempelang untuk membungkus lauk pauk. Di desa, jaman dulu, bila ada acara selamatan atau hajatan, nasi berkat untuk oleh-oleh, lauknya dibungkus dengan model tempelang ini, yang didalamnya ada " takir " dan " sudi ", sedang nasinya berupa " nasi golong " yang kesemuanya itu berbungkus daun pisang. Tempelang ini, selain untuk membungkus lauk, juga digunakan untuk membungkus salah satu " uba rampe sesaji ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun