Mohon tunggu...
Rumingkang Tumarima
Rumingkang Tumarima Mohon Tunggu... Dosen - KOPI PAHITPUN SELALU MENEMUKAN PENIKMATNYA

JUST DO IT

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dilema Besar Pertahanan Indonesia

10 September 2019   07:56 Diperbarui: 11 September 2019   15:58 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi negara yang mempunyai strategis memang seperti buah simalakama, secra ekonomi memang membawa dampak positif terhadap pembangunan ekonomi kita seperti saat ini bisa setara dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju. Tetapi juga membawa dampak yang kurang baik yaitu sangat rawannya terjadi konfilk atau terjadi konfrontasi dengan negara lain. Kita memang negara tidak menyukai perang karena kita sudah merasakan pahitnya dan mahalnya sebuah peperangan tetapi musuh datang kita harus siap menabuh gendering perang dengan segala resiko yang terjadi demi mempertahankan harkat martabat bangsa ini dan demi kelangsungan bangsa Indonesia

Pandangan kita arahkan sebelah timur kita berbatasan langsung dengan Papuan nugini yang notabenya sampai saat ini belum mengakui penuh mengakui Papuan bagian dari NKRI hal ini ditunjukan dengannya banyaknya agenda politik yang merugikan kepada Indonesia sehingga apabila keadaan politik kita kacau aka nada yang mengabil keuntungan dengan dari apa yang terjadi di Indonesia sperti yang terjadi di Timor-timur sangat kental campur tangan Australia, selandia baru dan amerika saat referendum dilaksanakan karena negara-negara tertentu mempunyai kepentingan dari ekonomi, politik sampai pertahanan.

Sebelah selatan kita berbatasan dengan Australia dimana kita mempunyai sejarah penjang dengan Australia bahkan selalu terjadi pasang surut hubungan diplomatic kita dengan negara tersebut. Australia sangat takut dengan perkembangan pertahanan yang kita miliki dan selalu mengawasi tentang blue print pertahanan TNI bahkan pangkalan militer  AS telah dibangun di sebuah pulau di Australia yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Mungkin masih ingat saat jaman Presiden SBY saat dihembuskan bahwa TNI akan membeli kapal selam Kilo class rusia kapal selam tercanggih saat ini .Australia seperti kebakaran jenggot mereka langsung membeli kapal selam sekelas kilo class produksi negara nato. Sekarang kita akan membeli Sukhoi 35 pesawat generasi 4++ lebih baik dari negara nato seperti F16, F15, Mirage, Typhoon dan terjadi pula begitu alotnya akuisisi su35 mensikup sudah hamper 8 tahun dianggendakan tetapi pesawat tersebut belum juga menampakan diri, sehingga dapat dilihat begi kuatnya intervensi negara negara besar yang mempunyai kepentingan dengan Indonesia

Sebelah utara kita berbatasan langsung dengan Malaysia dimana kita mempunyai sejarah panjang dengan negara jiran tersebut konprontasi jaman presiden sukarno, kasus hilangnya sipadan dan digitan lalu kasus palau ambalat yang diclaim Malaysia seolah menjadi bom waktu suatu saat bom nya akan meledak tentunya harapan kita bom tersebut jangan sampai meledak kalaupun meledak kita harus siap mengahdapinya. Postur perthanan Malaysia kalua dilihat seksama selalu mengikuti atau menunggu apa yang akan dimiliki Indonesia apalagi sesame negara asean sehingga tidak terjadi perlombaan senjata. Sehingga blue print pertahanan kita menjadi acuan negara-negara lain mengikuti perkembangannya.

Sebelah barat meskipun lebih soft untuk terjadi konflik secara langsung tetapi ekspansi china dilaut selatan menjadi ancaman terhadap kedaulatan kita salah satunya adalah kepulauan natuana penggantian laut china selatan yang diganti oleh Indonesia menjadi laut natuna utara sebagai repon atas ekspansi china dilaut selatan sehingga dapat disimpulkan kita memiliki pontensi konflik konprontasi dari segala arah. Lalu bagaimana solusinya.

Postur pertahanan Indonesia yang berdasarkan undang-undang saat presiden SBY yaitu Renncana strategis yang saat ini memasuki restra II yang dilanjutkan oleh pak jokowi, yaitu dengan konsistennya terhadap renstra apapun keadaan ekonomi restra II harus terpenuhi sampai 2024 kalau tidak maka kita akan semakin tertinggal jauh dengan autralia dan singapura.

Pemabngunan kemandirian pertahanan kita memang sangat baik dan memang mutlak tidak ada negara maju didunia ini yang tidak menjadi produsen senjata. Tetapi dengan melakukan penelitian secara mandiri tanpa melakukan kerjasama dengan lain butuh waktu yang lama untuk menghasilkan produk pertahanannya. Seperti kasaus R-HAN 120 samapai 2019 baru masuk sertifikasi. Sehingga untuk mengejar ketertingalan ini adalah dengan akuisisi produk dari negara lain dengan imbalan alih teknologi dan bisa memproduksi sendiri.

Dengan membeli jumlah tertentu dengan imbalan bisa ambil ahlih tehnologi dan memproduksi sendiri seperti saat ini TNI sudah membeli drone winloong dari china dapat digunakan teknogi untuk pengembangan UAV yang diproduksi PT. Dirgantara Indonesia, lalu pembangunan kapal perang yang berkerjasama dengan belanda membagun freegate yang sudah terjalin selama ini harus dikembangkan agar kita mampu membangun kapal perang kelas destroyer sehingga kebutuhan pertahanan kita secara bertahap bisa terpenuhi.

Memang diakui pembelian senjata ke AS akan lebih mudah karena akan diberikan bantuan pinjaman dalam pembelian tetapi apa yang kita beli belum tentu speknya sama dengan yang dibeli oleh Australia dan singapura yang sampai saat ini bisa dikatakan mereka adalah sekutu terkuat di asia, sehingga pembelian senjata dari amerika sangat dalam jangka panjang merugikan karena kita takkan bisa mendapatkan spek yang sama seperti singapura dan Australia.

Pembangunan industry pertahanan dalam nigari bukan masalah untung dan rugi tetapi masalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh sebuah negara, meskipun kita menyadari selama 5 tahun ini keadaan ekonomi lagi stagnan, devisit anggaran yang semakin melebar membuat beban fiscal semakin besar tentunya ini tugas berat pemerintahan 5 tahun yang akan datang. Tetapi dengan komitmen dan keyakinan yang kita miliki insyallah kita bisa membangun postur pertahanan kita yang ideal untuk menjaga kedaulatan sebagai bangsa dan negara.

Dari uraian diatas kita bisa simpulkan postur pertahanan Indonesia menjadi barometer perkembangan pertahanan di asia tenggara dan Australia sehingga konsisten terhadap restra II menjadi acuan dalam postur pertahanan kita. Yang kedua pembangunan kita dalam kemadirian pertahanan harus dilakukan dengan membuka kerjasama dengan negara yang lebih maju agar alih teknologi bisa semakin cepat. Yang ketiga ancaman terhadap Indonesia dimasa yang akan datang akan sangat banyak terutama dengan negara-negara yang berbatasan langsung dan negara yang mempunyai kepentingan dengan Indonesia.

Jayalah TNI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun