Mohon tunggu...
Rumah Belajar BEM UI
Rumah Belajar BEM UI Mohon Tunggu... Lainnya - -

Rumah Belajar (Rumbel) BEM UI merupakan salah satu program kerja Departemen Sosial Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa UI (BEM UI) yang bergerak di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memperingati Hari Bahasa Ibu

21 Februari 2022   19:50 Diperbarui: 21 Februari 2022   19:52 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kenapa 21 Februari menjadi peringatan Hari Bahasa Ibu?

Tahukah kalian, mengapa Hari Bahasa Ibu diperingati setiap tanggal 21 Februari? Hari Bahasa Ibu berawal dari adanya tragedi berdarah yang dilakukan oleh rakyat Bangladesh untuk memperjuangkan bahasa ibu mereka. Hal ini berawal dari adanya penjajahan yang dilakukan oleh Inggris di beberapa negara, seperti negara India, Pakistan, dan Bangladesh.
Setelah India berhasil memerdekakan negaranya, Pakistan kemudian membentuk negaranya sendiri dan memecahnya menjadi dua, yaitu Bengal Barat dan Bengal Timur. Tentunya, Bengal Barat dan Bengal Timur memiliki perbedaan dalam segi bahasa dan budaya.
Kemudian, pemerintah Pakistan menetapkan bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa resmi di Pakistan, padahal bahasa Bengal lebih sering dan lebih umum digunakan terlebih bagi Bengal Timur. Pemerintah Pakistan mendapatkan protes dari rakyat Bengal Timur karena bahasa ibu mereka tidak diakui sebagai bahasa nasional.
Namun, pemerintah Pakistan menutup telinga atas adanya protes tersebut dan melarang warganya untuk berunjuk rasa. Larangan ini semakin membuat rakyat naik pitam, sehingga rakyat menggelar unjuk rasa besar-besaran.
Pada tanggal 21 Februari 1952, polisi menembaki para demonstran dan beberapa nama seperti Abul Barkat dan Abdul Jabbar tewas dalam penembakan tersebut. Pada akhirnya, hal tersebut menuai keberhasilan. Pada tahun 1956, pemerintah akhirnya mengakui bahasa Bengal.
Sejak tahun 1955, Bengal Timur memperingati hari bahasa untuk mengenang kejadian tersebut. Tahun 1988, Rafiqul Islam, orang Bangladesh yang tinggal di Amerika, mengusulkan 21 Februari sebagai peringatan Hari Bahasa Ibu. Maka dari itu, dalam sidang PBB tahun 1999, ditetapkan 21 Februari sebagai hari Bahasa Ibu.

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ibu di Indonesia

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan menyatakan bahwa Bahasa Indonesia sendiri berasal dari Bahasa Melayu, yang sudah digunakan di Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal ini dibuktikan oleh temuan Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Karang Brahi yang menggunakan Bahasa Melayu.

Pada zaman Sriwijaya, Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa kebudayaan dan bahasa perhubungan antar suku di Nusantara untuk para pedagang. Perkembangan Bahasa Melayu semakin meluas dengan penyebaran agama Islam di Nusantara, yang mudah digunakan karena bahasa ini tidak memiliki tingkat tutur.

Perkembangan Bahasa Melayu mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan di kalangan pemuda Indonesia. Para pemuda yang saat itu berkumpul dalam gerakan persatuan akhirnya mengubah Bahasa Melayu dan meresmikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional.

Selain itu, menurut Sulistyo (2018), pemilihan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional bukan tanpa sebab. Sejak awal, Bahasa Indonesia telah menunjukkan proses budaya, politik, serta sosial yang telah menjadi kesamaan posisi dalam bersikap bagi bangsa Indonesia. Sebagai suatu produk budaya, Bahasa Indonesia memiliki beberapa sifat, yakni:

Inklusif dan terbuka. Terdapat beberapa bahasa asing dan daerah yang mengalami proses penyerapan dan perubahan yang kemudian bertransformasi menjadi bahasa Indonesia yang kita kenal saat ini. Bahasa Indonesia mencerminkan suatu proses komunikasi yang holistik dalam ikatan masyarakat, termasuk ikatan dengan budaya bahasa lain.

Pluralis. Bahasa Indonesia dapat menerima keragaman dan perbedaan sebagai wujud dari kekayaan budaya Indonesia. Kamus Besar Indonesia (KBBI) pun menggambarkan sikap Bhineka Tunggal Ika yang mewakili warisan budaya bangsa.

Demokratis dan egaliter. Setiap orang dengan latar belakang, status sosial, agama, dan suku yang berbeda dapat menggunakan Bahasa Indonesia untuk berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak ada aturan untuk masyarakat tingkatan sosial tertentu untuk dapat menggunakan Bahasa Indonesia.

Pemersatu bangsa. Kehadiran Bahasa Indonesia dapat diterima baik di berbagai wilayah, daerah, agama dan suku, penduduk perkotaan atau pedesaan, laki-laki ataupun perempuan manapun. Keberadaannya sebagai bahasa persatuan bahkan telah hadir sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia itu berdiri.


Mengapa kita harus bangga dengan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ibu?

Kita, sebagai Bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang besar, pun patut bangga dengan Bahasa Indonesia yang kita miliki sebagai Bahasa Nasional. Menurut Rizal (2016), terdapat beberapa hal yang dapat membuat Bahasa Indonesia semakin bersaing di kancah Internasional, seperti:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun