[caption id="attachment_263500" align="aligncenter" width="462" caption="Gambar: iamaliminalbeing.blogspot.com"][/caption]
Dee selalu terpikat pada gerimis dan wangi tanah basah...
ITULAH yang sedang dia lakukan sejak tadi di beranda. Menikmati gerimis, dan setelah titik air berhenti turun, menikmati wangi tanah basah yang meruap ke udara.
Kuti tersenyum melihat sang istri.
Sejak dulu, tingkah Dee memang sering membuat Kuti tersenyum dalam hati.
Hubungan mereka dimulai dengan persahabatan. Kuti sebenarnya sudah sadar sejak awal bahwa Dee merebut hatinya. Walau Dee sendiri tidak begitu. Dee menikmati kedekatannya dengan Kuti tanpa tahu bahwa sebenarnya dia jatuh cinta.
Dan Kuti kerap harus menyembunyikan tawanya melihat Dee yang seringkali uring- uringan melihat begitu banyak gadis cantik berusaha menarik perhatian Kuti. Kuti senantiasa menggoda Dee jika dia sedang begitu, "Â Aku koq merasa ada nada cemburu, ya, Dee ? "
Dan...
Ada satu bagian yang membuat Kuti dulu sering sangat ingin memeluk Dee, kendati dia menahan diri. ( Kuti tahu, betapa puritannya Dee, dan memeluk Dee ketika Dee sendiri belum siap untuk disentuh bisa merusak seluruh hubungan mereka, ha ha ha... ). Yakni bahwa setiap kali digoda serupa itu, Dee akan cemberut, tampak sangat kesal serta menolak mengakui adanya nada cemburu namun... -- walau tentu saja Dee selalu berusaha menyembunyikannya -- Kuti bisa menangkap mata Dee menjadi basah.
Kuti bingung dan heran di awalnya. Masa' digoda begitu saja Dee menangis? Dan kenapa dia menangis? Kuti tak paham awalnya bahwa Dee memang mudah sekali mengucurkan air mata. Terutama karena dia mulanya mengenal Dee dari sisi yang lain.
Dee menikmati hidup dengan cara ringan dan sederhana. Dia kuat dan periang. Juga mudah tertawa. Berbeda dengan kebanyakan gadis lain yang dikenal Kuti, Dee selalu tampil apa adanya.