Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review] Noah, Banjir Fiksi Film 'Religi'

12 April 2014   15:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:46 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397265021512456171

Pembunuhan keturunan

Dalam film, ada adegan yang memaparkan upaya Noah yang hendak membunuh cucunya, putra Sem dengan Ila. Noah yakin, dari wahyu yang diterimanya, semua manusia harus mati, termasuk cucunya.

Upaya pembunuhan ini tidak ada dalam Alkitab. Kelihatannya Darren Aronofsky sang sutradara terinspirasi dengan kisah Abraham (atau Ibrahim) yang juga nyaris membunuh putranya. Jika Abraham tidak jadi membunuh putranya karena campur tangan Malaekat, maka Noah tidak membunuh cucunya karena kemauannya sendiri. Dalam Alkitab, Abraham merupakan keturunan Noah dari Sem.

***

Apakah unsur fiksi dalam film Noah bisa ditolerir? Tentu, itu tergantung sudut pandang masing-masing. Dalam Alkitab, kisah Noah hanya digambarkan dalam empat bab. Dengan materi yang hanya empat bab memang sulit bagi siapapun untuk membuat sebuah film yang panjangnya hampir dua jam. Jadi, kehadiran unsur fiksi untuk memperlancar cerita itu bisa dipahami.

Dalam beberapa hal, unsur fiksi dihadirkan memang untuk memperlancar cerita. Kehadiran para raksasa batu, contohnya. Jika para raksasa batu itu tidak ada, tentu Darren Aronofsky sebagai sutradara akan kesulitan menggambarkan bagaimana Noah membangun bahteranya. Para raksasa batu juga dibutuhkan untuk membantu Noah melawan para penjahat yang berniat merampas bahtera

Dari sisi cerita, film Noah cukup luyaman. Sayang, adegan datangnya air bah tidak dieksplorasi. Saya sebenarnya berharap adegan air bah lebih panjang dan lebih spektakuler.

Dari sisi akting, Russell Crowe cukup berhasil menjadi seorang Noah. Memang ada beberapa adegan yang aktingnya mirip, dengan nada bicara yang mirip (seperti bergumam). Namun secara umum Crowe cukup berhasil menjadi Noah. Para pendukung juga bermain sesuai porsi, sekalipun memang tidak ada yang menonjol.

***

Dari sisi hiburan, Noah lumayan menghibur. Namun dari sisi 'religi', tidak. Beda dengan The Passion of Christ yang bisa diputar di gereja saat Paskah, film Noah sama sekali tidak dianjurkan untuk diputar di gereja manapun. Noah juga tidak diharapkan untuk menjadi referensi untuk sebuah film 'religi.'

Dan ini sepenuhnya wajar. Karena sejak awal, Darren Aronofsky sang sutradara (yang ateis) kepada Hollywood Reporter mengatakan dia ingin membuat   "...this fantastical world à la Middle-earth that they wouldn't expect from their grandmother's Bible school..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun