Mohon tunggu...
ABINADAB ROBERT LEDO
ABINADAB ROBERT LEDO Mohon Tunggu... Pendeta dan Guru Pendidikan Agama Kristen

Seorang Pendeta di GKKI Shema El-Elyon Boyolali dan Guru Pendidikan Agama Kristen di jenjang SD, SMP, SMK. Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Kristen di STT Kadesi Yogyakarta. Sekretaris BPD GKKI Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Deklarasi Iman sebagai Jalan Pembebasan

13 Oktober 2025   21:30 Diperbarui: 13 Oktober 2025   21:31 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

DEKLARASI IMAN SEBAGAI JALAN PEMBEBASAN:
Sebuah Telaah Teologis atas Transformasi Diri dari Dosa yang Berulang

Oleh: Pdt. A. Robert Ledo

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki pendekatan teologis terhadap pembebasan individu dari siklus dosa yang berulang melalui lensa praktik deklarasi iman. Beranjak dari kesaksian transformatif dan prinsip anugerah (, charis) dalam Kristus, penelitian ini menyoroti bagaimana pengakuan akan identitas baru di dalam kasih karunia Ilahi dapat berfungsi sebagai katalis bagi perubahan perilaku dan pembaruan jiwa. Dengan mengintegrasikan refleksi pastoral, narasi kesaksian, dan kerangka hermeneutika biblika, artikel ini menawarkan suatu pendekatan yang bersifat praktis dan inspiratif bagi para pendamping rohani serta individu-individu yang bergumul dengan kecanduan dan pola dosa repetitif.

Kata Kunci: Deklarasi Iman, Pembebasan, Dosa Berulang, Teologi Anugerah, Identitas dalam Kristus, Transformasi Spiritual.

 

Pendahuluan

Pergumulan eksistensial dengan dosa yang berulang merupakan realitas yang akrab dalam perjalanan spiritual banyak individu beriman. Dalam konteks pastoral dan teologis, pertanyaan mendesak yang sering muncul adalah: Bagaimana seseorang dapat dibimbing keluar dari belenggu dosa yang bersifat siklis, ketika upaya untuk lepas senantiasa berakhir pada kejatuhan yang sama? Pertanyaan ini menuntut suatu respons yang tidak bersifat moralistik semata, melainkan respons yang transformative, yang berakar secara mendalam pada realitas kasih karunia dan identitas baru yang tersedia di dalam Kristus. Artikel ini berargumen bahwa praktik deklarasi iman, yang didasarkan pada kebenaran objektif Kitab Suci, dapat menjadi jalur efektif menuju kemerdekaan sejati.

  • Teologi Pembebasan: Transisi dari Hukum Taurat kepada Kasih Karunia

Dasar teologis bagi pembebasan dari dosa tertuang secara jelas dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma: "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia" (Roma 6:14). Dalam teks Yunani asli, istilah yang digunakan untuk "dosa" adalah (hamartia), yang mengandung makna lebih luas daripada sekadar pelanggaran hukum; ia merujuk pada kondisi meleset dari tujuan ilahi atau kehilangan orientasi hidup yang sejati. Sebaliknya, "kasih karunia" atau (charis) menunjuk pada anugerah yang tidak terperkanji dan tidak layak diterima---suatu pemberian Ilahi yang tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga memampukan manusia untuk hidup dalam kebenaran. Transisi dari domain hukum Taurat ke domain kasih karunia inilah yang menjadi fondasi bagi kemungkinan transformasi.

  • Praktik Deklaratif Iman: Menyatakan Realitas "Aku Telah Dimerdekakan"

Berdasarkan kesaksian dan prinsip teologis tersebut, muncullah praktik deklaratif iman sebagai suatu disiplin rohani. Pada momen-momen kritis, seperti saat menghadapi godaan untuk kembali pada pola dosa lama (misalnya, merokok atau mengakses konten pornografi), individu diajak untuk secara sadar dan penuh iman mengucapkan deklarasi: "Aku telah dimerdekakan dan dibenarkan oleh kasih Kristus." Pernyataan ini bukan sekadar afirmasi psikologis positif, melainkan suatu pengakuan teologis yang mengandung kuasa pembebasan, karena ia menyatakan suatu realitas spiritual yang objektif.

Rasul Paulus menegaskan hal ini dalam Galatia 5:1, "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." Kata "merdeka" (, eleutheria) dalam konteks Yunani menandakan kebebasan yang utuh dan otentik---bebas dari belenggu sekaligus bebas untuk hidup sesuai dengan kodrat yang telah ditebus. Sementara itu, "kuk perhambaan" ( , zygos douleias) menggambarkan penindasan spiritual yang mengikat manusia pada pola hidup lama yang merusak.

  • Peran Anugerah Ilahi sebagai Fondasi Transformasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun