Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dirigen Orkestra Pendidikan Itu Bernama Guru

28 Maret 2016   08:42 Diperbarui: 28 Maret 2016   10:29 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Guru ideal memiliki multi kompetensi yang harus terus diasah (dok RBP)"][/caption]

Pendidikan diyakini sebagai kunci untuk mencapai kualitas kehidupan terbaik bagi semua orang dan figur guru ibarat dirigen yang mengarahkan semua pemain musik dengan instrumennya masing-masing untuk bekerjasama menghadirkan sebuah harmoni yang nyaman di telinga maupun hati para pemirsanya. Kelas adalah sebuah orkestra dengan anak-anak didik  plus kecerdasan spesifik individual mereka sebagai pemain dan guru diharapkan menjadi dirigen yang handal menguasai kelas secara bijak untuk menghadirkan harmoni suasana belajar yang kondusif. Kondusif bukan sebatas pembelajaran materi akademik semata, namun juga penanaman nilai-nilai moral yang baik.

Guru yang ideal akan senantiasa dibutuhkan sepanjang peradaban manusia masih berjalan dan definisi ‘ideal’ ini sampai sekarang masih aktual untuk dijadikan bahan pemikiran. Kualifikasi apa saja yang harus dipenuhi agar bisa ditahbiskan sebagai guru yang ideal ?

Indonesia, merujuk pada UU RI No 14/Tahun 2005, menegaskan bahwa seorang guru/dosen harus memiliki kompetensi yang dijabarkan sebagai seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang wajib dimiliki, dihayati, dan dikuasai dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Secara rinci kompetensi tersebut terbagi menjadi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.

Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran peserta didik, Kompetensi Kepribadian merujuk pada kondisi fisik-psikis yang mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawa, dan mampu menjadi teladan bagi peserta didik; dan Kompetensi Profesional dimana para guru diwajibkan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam. Ketiga jenis kompetensi tersebut nantinya akan memberikan performa terbaik bila didukung Kompetensi Sosial yang memadai dimana guru mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif-efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, sert masyarakat sekitar.

Secara sederhana definisi guru ideal, menurut Ibnu Sina (1), adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan bermain-main dihadapan muridnya, tidak bermuka  masam, sopan santun, bersih, suci murni, menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri. Selain itu guru juga harus mengutamakan kepentingan ummat daripada kepentingan dirinya sendiri.

[caption caption="Kecerdasan variatif anak didik seyogyanya diarahkan dengan bijak (dok RBP)"]

[/caption]

” Guru yang sabar, punya kemauan yang keras untuk belajar, dan membimbing anak didik dengan kasih sayang yang tulus , itulah Guru Sejati .” Papar Wina Yunitasari, Ketua PKBM ‘Tamansari Persada’ Jatibening Baru, Bekasi, dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.

Semua guru yang tergabung dalam Tim Guru PKBM ‘Tamansari Persada’ sejak awal diberi fondasi pemikiran bahwa setiap anak didik adalah unik dengan kekurangan-kelebihannya masing-masing hingga sebagai pendidik mereka harus berupaya untuk mengakomodir itu demi tumbuh-kembang terbaik multi kecerdasan (multi intelligences) siswa mereka.

Hal tersebut di atas dilakukan sebagai bagian dari pelaksanaan misi institusi pendidikan mereka yang salah satunya adalah menggali potensi anak didik dengan gaya belajar memakai pendekatan multi kecerdasan sehingga minat dan bakat anak dapat berkembang serta terpenuhi kebutuhan prestatifnya sesuai kemampuan masing-masing dengan tetap memperhatikan aspek pencapaian prestasi akademik untuk mengakomodir kebutuhan melanjut ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi.

Sungguh bukan pekerjaan gampang menjadi seorang guru yang di tangannya tergenggam harapan untuk masa depan gilang gemilang anak-anak didiknya titipan para orangtua/wali yang terkadang merasa telah mendelegasikan urusan membangun kecerdasan lahir-batin buah hati mereka hanya dengan memasukkannya ke lembaga pendidikan yang dinilai bagus. Hari demi hari aktifitas dinamis kegiatan belajar-mengajar yang harus diarahkan secara selaras dengan pola perilaku para anak didik yang berubah-ubah ibarat mengarahkan para pemain orkestra plus aneka alat musik mereka untuk memainkan simfoni klasik nan tenang sampai musik cadas yang hingar bingar agar tetap terkendali dalam harmoni adalah tantangan rutin dalam kehidupan para guru.

 

(1) Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2001

 

 

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun