Di Instagram, saya nemu ada video dari seorang WNA yang bikin saya senyum-senyum sendiri. Dia bingung kenapa penonton MotoGP 2024 di Mandalika cuma 121.000 orang, sementara di Le Mans Prancis bisa 300.000. Katanya, "Masa sih? Kalian kan negara besar, orangnya fanatik banget, kok cuma segitu?"
Saya ngerti kok kenapa dia mikir begitu. Dari POV orang asing, mungkin terlihat aneh. Kita memang gila-gilaan soal balapan. Nonton bareng di warkop aja bisa heboh, teriak-teriak kayak lagi di sirkuit beneran. Tapi apa iya 121.000 itu angka yang kecil? Menurut saya sih, justru itu angka yang luar biasa besar.
Berapa Sebenarnya Harga Nonton MotoGP?
Mari kita bicara soal biaya. Dikutip dari situs motogpmandalika.com, tiket yang paling murah (Regular Grandstand) untuk tiga hari harganya Rp400.000. Itu sudah lumayan buat sebagian orang.
Kalau mau yang lebih nyaman, bisa di Premium Grandstand, harganya Rp900.000 dan Rp1.750.000. Belum lagi yang VIP... angkanya bisa bikin mata melotot, Rp7.750.000 dan Rp15.000.000..
Pertanyaannya, siapa yang bisa beli tiket semahal itu? Jika berpatokan dari UMP Jakarta yang sekitar Rp5,3 juta, dengan membeli harga tiket paling murah Rp400.000, itu sudah 7% dari gaji bulanan. Itu cuma tiket masuk lho. Belum lagi pengeluaran lain-lain.
Sebab nonton MotoGP di Mandalika itu bukan cuma beli tiket, tapi juga beli pengalaman. Kamu harus mikirin biaya akomodasi, makan, dan yang paling penting, transportasi.
Saya cek di sebuah situs penyedia jasa travelling, paket tur Mandalika MotoGP 3 hari 2 malam harganya mulai dari Rp5.950.000 per orang, dan itu pun belum termasuk tiket pesawat.
Sementara tiket pesawatnya, saya cek di situs yang sama, tiket Jakarta - Lombok harga termurahnya kisaran Rp1,4 juta untuk berangkat, dan kisaran Rp1,5 juta untuk pulang.
Jika ditotal secara kasar, minimal per orangnya bisa menghabiskan Rp9 juta.
Mahal atau Murah Itu Relatif
MotoGP di Mandalika itu memang bukan event biasa. Ini event mahal. Kenapa mahal? Karena standarnya internasional. Sirkuitnya keren, fasilitasnya modern, dan semua itu butuh biaya operasional yang besar.
Kalau dibilang mahal atau tidak, itu kembali tergantung penghasilan masing-masing orang. Buat yang gajinya pas-pasan dan harus menghidupi keluarga, harga tiket Rp400.000 aja harus dipikir berkali-kali. Mending uangnya buat keperluan yang lebih penting.
Inilah yang membedakan penonton di Indonesia dan di luar negeri. Di Eropa, rata-rata gaji mereka lebih tinggi. Tiket dengan harga yang sama mungkin cuma "recehan" buat mereka. Lagian, transportasi di sana juga gampang, bisa naik kereta atau bus ke sirkuit. Sementara kita harus naik pesawat, yang biayanya bisa jutaan.
121.000 Itu Bukti Cinta, Bukan Angka Sedikit
Makanya, waktu WNA itu bilang 121.000 itu sedikit, saya ketawa aja. Angka itu justru sangat-sangat besar kalau kita melihat semua faktor yang ada. Harga tiket yang tidak murah, plus biaya transportasi dan akomodasi yang bikin dompet teriak.
Ada 121.000 orang yang rela keluar uang jutaan rupiah untuk nonton MotoGP itu menunjukkan betapa gilanya orang Indonesia dengan balapan motor. Mereka rela nabung, mengorbankan uang, demi melihat langsung pembalap idola mereka.
Angka 121.000 itu bukan karena kurang minat, tapi karena tantangan ekonomi yang nyata buat sebagian besar orang Indonesia. Saya yakin, banyak sebenarnya yang pengen banget nonton langsung di sana, tapi belum mampu. Dan itu tidak bisa disamakan dengan kondisi di Le Mans.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI