Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... A Man (XY) and a Mind Besides Itself

Bukan pakar, pemerhati, pengamat, apalagi figur publik. Tulisan saya lainnya ada di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengawetkan Hewan Peliharaan Sebagai Bentuk Mengabadikan Kenangan

5 Juni 2025   20:06 Diperbarui: 5 Juni 2025   20:06 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amyda cartilaginea (dok.pribadi) 

Buat yang pernah kehilangan hewan peliharaan yang sangat disayangi, pasti ngerti banget rasanya. Ada kekosongan yang tidak bisa dijelaskan.

Saya mengalami itu beberapa tahun lalu, sudah cukup lama sih,  waktu bulus (Amyda cartilaginea) kesayangan saya mati. Dia bukan cuma sekadar hewan peliharaan buat saya. Dia semacam teman kecil yang selalu diam-diam ngeliatin sambil makan ikan atau pelet yang saya beri.

Tapi saya nggak mau cuma berhenti di situ. Saya ingin memori tentangnya tetap hidup. Di sinilah ide mengawetkan dia muncul. Mungkin kedengaran aneh atau bahkan menyeramkan buat beberapa orang. Tapi buat saya, ini adalah cara untuk terus merasa dekat dengannya.

Mengawetkan Hewan Bukan Hal Baru

Sebenarnya praktik mengawetkan hewan sudah lama ada. Ada yang namanya taxidermy, teknik mengawetkan hewan dengan cara mengisi tubuhnya supaya tetap terlihat hidup.

Setelah bulus ini mati, saya langsung googling untuk mencari jasa taxidermy. Kebetulan saya menemukannya di daerah Cijantung. Di hari yang sama saya langsung mendatangi  tempatnya, sebelum bangkainya menjadi bau.

Setelah bertemu dengan orangnya, kami sepakat di harga Rp600.000 dengan waktu pengerjaan sekitar 3-4 minggu tergantung cuaca. Kenapa cuaca berpengaruh?

Akan saya jelaskan sesuai dengan yang diceritakan oleh si jasa taxidermy ini.

1. Pembersihan Tubuh: Langkah pertama adalah memastikan isi tubuh hewan dikeluarkan semuanya. Bahkan saya juga dikirimi fotonya saat proses ini berlangsung. Ini penting supaya proses pengawetan berjalan lancar.

2. Pengeringan: Nah disinilah cuaca memegang peranan penting yang berkaitan dengan durasi pengerjaan. Untuk hewan seperti bulus, proses pengeringannya bisa memakan waktu beberapa minggu, tergantung ukurannya.

3. Aplikasi Bahan Pengawet: Setelah kering, tubuhnya dilapisi bahan kimia khusus yang membantu mencegah pembusukan dan menjaga bentuknya tetap utuh.

4. Diisi Kapas: Tubuhnya kemudian diisi kapas hingga padat dan dijahit kembali. Matanya pun diganti dengan semacam bola kecil berwarna hitam.

Amyda cartilaginea (dok.pribadi) 
Amyda cartilaginea (dok.pribadi) 

Alasan Saya Memilih Mengawetkan Bukan Menguburkan

Mungkin ada yang bertanya, "Kenapa nggak dikubur aja?" Bukannya saya tidak menghormati tradisi atau cara lain, tapi buat saya, ini soal bagaimana saya ingin mengingat si bulus ini. Dengan cara ini, saya masih bisa bertemu dia setiap hari. Saya menaruhnya di atas speaker di meja kerja saya.

Selain itu, ini juga bentuk edukasi kecil buat orang-orang, terutama anak-anak yang berkunjung ke rumah saya. Banyak yang jadi penasaran tentang hewan peliharaan, khususnya kura-kura. Karena saya juga masih memelihara seekor kura-kura dada merah (Emydura subglobosa) dan ikan hias.

Emydura subglobosa (dok.pribadi)
Emydura subglobosa (dok.pribadi)
Waktu saya tunjukkan bulus yang sudah diawetkan ini, ada anak-anak yang penasaran, bertanya-tanya, bahkan ada yang takut. Itu bikin saya merasa ini adalah keputusan yang tepat, dan membawa manfaat ke orang lain.

Mengabadikan Kenangan dengan Cara Lain

Kalau mengawetkan terasa terlalu berat atau nggak cocok buat kamu, ada banyak cara lain untuk mengabadikan kenangan hewan peliharaan.

Kamu bisa bikin album foto, lukisan, atau bahkan membuat video kompilasi momen-momen lucu mereka. Ada juga jasa yang bisa mengubah abu kremasi hewan peliharaan menjadi perhiasan. Intinya, pilih cara yang paling membuatmu merasa terhubung dengan mereka.

Sekarang setiap kali saya melihat bulus ini, saya tidak merasa kehilangan. Malah saya merasa bersyukur karena akhirnya bisa memegangnya hingga menciumnya. Sebab sewaktu masih hidup galak banget, saya tidak bisa memegang kepalanya yang selalu berusaha menggigit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun