Dalam kehidupan kalian, ada nggak orang yang keberadaannya seperti di zona abu-abu? Dibilang teman dekat ya bukan, tapi dibilang cuma sekadar kenal ya juga nggak. Hubungan seperti ini punya istilah: "Frengers."
Apa Itu Frengers?
Frengers adalah gabungan dari kata "friend" dan "stranger" yang dipopulerkan oleh Mew, sebuah band asal Denmark, lewat album mereka yang berjudul Frengers di tahun 2003.
Istilah ini mewakili hubungan yang tidak sepenuhnya akrab, tapi juga nggak asing. Contohnya, ya mungkin seperti kita ini di Kompasiana. Kita sering saling bertukar komentar soal tulisan, atau berdiskusi di grup WA, tapi nggak pernah nongkrong bareng di luar Kompasiana. Bahkan tahu wajahnya juga nggak!
Mungkin kamu punya beberapa orang di hidupmu yang masuk kategori ini. Mereka bukan bagian dari inner circle, tapi ada kehadiran yang berarti.
Orang-orang ini bikin kita sadar kalau hubungan manusia itu kompleks. Ada lapisan-lapisan interaksi yang tidak selalu bisa dikotak-kotakkan.
Kenapa Frengers Itu Penting?
Di era media sosial, hubungan sering dipaksakan ke dalam kategori tertentu: teman, kenalan, pasangan, atau bahkan musuh. Tapi frengers itu beda. Mereka adalah bukti bahwa tidak semua hal harus punya label jelas.
Kamu mungkin tidak mengandalkan frengers untuk hal besar, seperti minta tungguin saat dirawat di rumah sakit atau bantu pindahan rumah.
Tapi mereka ada untuk hal-hal kecil yang nggak kalah penting. Seperti membalas story kamu dengan candaan yang tepat waktu, atau memberi rekomendasi serial Netflix yang ternyata pas banget sama seleramu. Hal kecil ini bikin kita merasa terkoneksi tanpa perlu banyak drama.
Frengers di Kehidupan Sehari-Hari
Coba deh, pikirkan siapa saja frengers di hidupmu. Mungkin ada:
- Barista favorit di kafe langganan. Kamu tahu nama mereka, mereka tahu pesananmu. Tapi percakapan kalian nggak pernah lebih dari "Halo! Cappucino seperti biasa?"
- Satpam yang suka ngajak ngobrol di pos. Topiknya selalu aman, kayak cuaca atau kabar keamanan di lingkungan, tapi nggak pernah lebih dalam.
- Teman komunitas hobi. Kamu sering ketemu di acara-acara tertentu, ngobrol ngalor-ngidul, tapi nggak pernah saling follow di media sosial.