Ngomongin soal centang biru di Kompasiana, saya mulai berpikir apakah ini semacam relationship goal yang bikin galau. Sebab dari sisi statistik sudah terpenuhi, tulisan saya banyak yang diakui, interaksi juga cukup aktif. Tapi centang biru belum bertengger di sebelah nama saya. Kenapa ya kira-kira?
Biar Data yang Berbicara
Kita mulai dari data dulu, ya. Sejauh ini saya sudah punya 318 tulisan. Dari jumlah itu, 74 di antaranya jadi artikel utama, 263 lainnya dapat label artikel pilihan. Empat bahkan berhasil tayang di Infinite Kompas.Â
Secara matematis, saya sudah memenuhi syarat yang disebutkan di FAQ Kompasiana:Â
Telah memproduksi minimal 40% konten berlabel pilihan dan 20% konten berlabel artikel utama dari keseluruhan konten yang tayang.Â
Kalau dihitung, persentase saya malah di atas itu. Jadi apa masalahnya?
Aturan Kompasiana juga bilang, kualitas konten dan interaksi juga jadi pertimbangan. Oke, saya tentu tidak bisa menilai sendiri apakah tulisan saya bagus atau tidak, karena preferensi pembaca yang berbeda.Â
Tapi kalau kualitas tulisan saya dianggap kurang, bagaimana caranya 74 tulisan bisa jadi artikel utama, dan empat tayang di Infinite Kompas? Kompasiana ini kan platform yang sangat selektif.
Interaksi? Saya termasuk yang suka komen balik, kasih like, bahkan mampir ke tulisan orang lain. Kecuali komennya asal-asalan atau berlebihan, itu biasanya saya skip. Tapi ya, saya rasa itu wajar.
Mungkin Ini Penyebabnya
Nah, sekarang kita bahas poin yang kemungkinan besar jadi penghalang utama: konsistensi tema. Saya akui, ini kelemahan saya. Saya males banget terpaku di satu tema. Kalau lagi pengen bahas film, saya tulis film. Kalau tiba-tiba kepikiran soal cinta, ya saya bahas money....lohh?.