Ini adalah sebuah pertanyaan klise yang mengganggu pikiran konsumen modern, apakah saya harus berinvestasi dalam perawatan kulit atau membeli beras selama masa-masa kenaikan harga yang penuh gejolak ini? Seolah-olah memutuskan antara kulit yang bercahaya dan perut yang kenyang belum cukup menantang, sekarang kita harus menimbang pro dan kontra antara memanjakan kulit dan memuaskan rasa lapar. Sebuah keputusan yang "sulit" (sambil geleng-geleng kepala).
Mari kita mulai dengan meningkatnya harga produk perawatan kulit. Kegembiraan saat berjalan-jalan di toko kosmetik dan disambut oleh pemandangan botol-botol kecil yang bisa menjanjikan kulit menjadi tanpa cela. Tapi tunggu, harganya yang meroket membuat kamu merenungkan apakah kulit yang bercahaya sebanding dengan isi dompet yang harus dirogoh?
Di sisi lain, kita memiliki makanan pokok yang selalu ada di setiap rumah tangga rakyat Indonesia yakni beras. Bahan pokok yang telah menopang peradaban selama berabad-abad ini sekarang menuntut harga yang lebih tinggi. Kebutuhan yang paling mendasar pun tidak kebal terhadap fluktuasi pasar.
Jadi, mana yang kamu pilih? Apakah meninggalkan impian untuk memiliki kulit bercahaya demi mendapatkan makanan pokok? Atau apakah mengencangkan ikat pinggang dan belanja skincare, dengan harapan bahwa kulit yang bercahaya akan mengalihkan perhatian dari perut keroncongan?
Sebuah jawaban standar
Sebagai jawaban standar, mungkin jawabannya tidak terletak pada memilih salah satu, tetapi dalam menemukan keseimbangan. Sebuah kompromi, jika kamu mau.
Saya paham jika bagi sebagian orang, skincare adalah bagian penting dari rutinitas kecantikan/ketampanan mereka. Jadi, bagi kalian yang merasa terganggu dengan kenaikan harga skincare, kurangi pembelian skincare dan pilih opsi yang lebih sederhana dan lebih terjangkau.
Atau mungkin, ini saat yang tepat untuk mencoba pendekatan "less is more". Kalian tidak harus menggunakan banyak produk skincare untuk merawat kulit. Mungkin dengan sedikit perubahan dalam rutinitas perawatan kulit, kalian bisa tetap merawat kulit tanpa harus menguras kantong.
Untuk beras, jelajahilah cakrawala kuliner baru dengan merangkul sumber karbohidrat lainnya seperti yang dibahas oleh Kompasiana beberapa waktu lalu.
Bagaimana dengan saya?
Sebagai seorang pria yang bukan metrosexual, saya tidak peduli sama sekali dengan kenaikan harga skincare. Mengapa? Karena saya tidak pernah menggunakannya. Bagi saya, kulit apa adanya adalah ciri khas seorang pria. Siapa yang butuh kulit mulus bak bayi? Pastinya bukan saya!
Jadi, ketika saya mendengar tentang kenaikan harga skincare, saya hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Bagi saya, itu adalah hal yang tidak relevan. Saya lebih suka menghabiskan uang saya untuk hal yang benar-benar penting, seperti beli beras dan kebutuhan penting lainnya untuk keluarga. Jadi jawaban saya pribadi jika ditanyakan beras vs skincare, ya sudah pasti beras.