Dari penampilan, lokasi ini mirip2 los ayam-ayam goreng ala Kentucky yang banyak tersebar di wilayah-wilayah dekat perumahan, sangat jauh dari kata MEWAH dan EKSLUSIF yang melekat pada hampir seluruh restoran Persia yang sudah banyak kita kenal.
Bagi kami para pecinta makanan Arabian, apapun harus kami coba, untuk mengembalikan memori-memori saat kami menjadi perantau di luar negeri tadi, baik saat menuntut ilmu, atau memang bekerja dan menetap disana.
====
Sejak pertama masuk, kami sudah disambut meja panggangan daging. Walau terasa sempit, rasa penasaran ini lebih besar, karena restoran ini sudah mulai banyak diperbincangkan di beberapa Gruop WhatsApp Alumni Jerman, ditambah bisik-bisik ketika kumpul-kumpul alumni, makin semangat untuk mencoba karena beberapa reviewnya positif, mengantarkan kami ke ruangan dengan 2 meja dengan masing-masing 3 kursi untuk dipakai tamu restoran.
Sang koki sekaligus empunya restoran, langsung mempersiapkan panggangan dan mengambil bahan-bahan dari dalam kulkas besar transparan yang ada di belakang kursi tamu. Agak sedikit tidak nyaman, karena ruangan makan digunakan juga sekaligus sebagai ruang simpan bahan makanan. Jadi, kalau beberapa orang dan pesannya gak barengan, ya siap-siap aja sering denger kata "maaf" dan ngeser kursi ketika sang koki atau asistennya mau ambil bahan makanan dari dalam kulkas.
Sama halnya dengan di EL REDA, kami perlu menunggu sekitar 5-10 menit sampai makanan siap dihidangkan, namun karena posisi duduk tamu yang dekat dengan meja panggang dan jalan raya yang ramai, kami serasa dimajakan dengan hiburan mata sehingga waktu berjalan sangat tidak terasa, apalagi penyajian minuma pesanan, terminnya sesuai sehingga masih ada sesuatu untuk kami icip-icip sebelum masuk ke menu utama.
Tapi....aroma masakan yang disajikan, serta daging panggang yang terpapar di piring, membawa pikiran kami melayang ke ruangan besar, dengan meja panjang, serta ramainya orang keluar masuk saat santap siang dan malam di El Reda.