Bangga itu perasaan yang manusiawi, sebatas masih bisa ditoleransi, bangga itu sehat, sebagai penyemangat agar kita selalu optimis dan berpikir positif dalam hidup ini, bangga terhadap anak dan keluarga, bangga terhadap negeri atau kampung kelahiran, bangga terhadap pencapaian prestasi diri, bangga terhadap almamater atau bangga dengan profesi misalnya, justru akan membuat kita progresif atau setidaknya konsisten dalam kebaikan, ada rasa khawatir dan malu jika reputasi terganggu, itulah bangga yang positif.
Ada juga bangga yang negatif, misalnya bangga diri tapi dengan perilaku meremehkan orang lain, atau terlalu bangga sehingga menolak kebenaran, itulah bangga yang sudah masuk ke ranah takabbur, Â ujub dan a-sosial sesuatu yang sangat berbahaya, selalu merasa "lebih" dari orang lain, 'ana khairu minhu', saya lebih baik dari dia', itu logika iblis, yang menyebabkannya terusir dan terkutuk.
Tanda-tanda ketakaburan yang ringan bisa kita deteksi dalam pergaulan di lingkungan kita sendiri, misalnya bila seseorang atau bahkan kita sendiri sudah mengatakan "halaahhh, siapa sih dia ?", "ah itu sih gampang !",dan seterusnya, ketika mengomentari prestasi atau kelebihan orang lain. Tak ada sikap apresiatif atas karya orang lain, dan lain lain sikap semacamnya. Karena itu perlu istighfar ketika kita terjebak kedalam perilaku tersebut
Tanpa kontemplasi dan muhasabah, maka bibit bibit ketakaburan akan permanen bersemayam di hati dan sulit diobati. Rasulullah Shalallahu alaihis wa sallam berabad lalu telah mengingatkan, bahwa orang yang hatinya ada kesombongan kendatipun sebesar biji sawi, niscaya tertolak masuk surga. Artinya, jangan anggap kecil rasa takabbur meskipun tak ditampakkan.
Karena itu semua perlu kendali 2  O, Otak dan Opsi. Kendali otak adalah ranah kontemplasi dan muhasabah, sementara Opsi atau pilihan adalah  wilayah operasional terkait dengan sikap cerdas mengendalikan perilaku bangga yang berlebihan kedalam sikap sikap tawadhu atau rendah hati. Tiap orang pasti punya kemampuan mengendalikan dirinya sendiri, kecuali "wong gilo" alias orang gila. Karena itu, selama masih waras, manusia pasti bisa belajar dari kesalahannya di masalalu. Salam lebaran ! (*)
PANTUN PESAN AKHIR RAMADHAN
Seberangi danau berdayung sampan
Pasang layar sehelai kain
Ilmu agama jangan disimpan
Sebarkan pada kawan yang lain
Pergi berburu membawa bedil