Dengan harga paket yang cukup tinggi, omzet dari Mandira sejak Juni 2024 hingga kini mencapai Rp25 juta, sementara dari retail yang baru ia jalankan awal 2025, sudah terkumpul sekitar Rp3 juta.
Bagi Suraiya, menjual buku bukan hanya soal bisnis, tetapi juga misi. Ia percaya bahwa fitrah keimanan anak perlu dikenalkan sejak dini. Buku menjadi media untuk memperkenalkan siapa Tuhan mereka, bagaimana kasih sayang-Nya, hingga teladan nyata dari para nabi.
Untuk membuat pengalaman membaca lebih menyenangkan, ia mengenalkan konsep bookish play menggabungkan buku dengan aktivitas bermain. Melalui metode ini, anak-anak belajar dengan cara yang lebih hidup. Melatih ingatan, meningkatkan kognitif, mengasah koordinasi mata dan tangan, serta menghubungkan cerita dengan pengalaman nyata.
"Intinya biar anak tahu secara nyata, bahwa dengan membaca dia bisa memahami banyak hal," tuturnya.
Di akhir perbincangan, Suraiya menyampaikan pesan sederhana namun penuh makna:
"Mulai aja dulu. Kalau mikirin harus sempurna, harus ada alat ini itu, nggak akan jalan. Bisa dimulai dari sesuatu yang kita suka, biar enjoy. Sambil berjalan, sambil belajar."
Suraiya adalah contoh nyata bahwa perjalanan berwirausaha tidak selalu lurus, tetapi penuh liku, percobaan, dan penyesuaian. Namun, dengan keberanian memulai, setiap perempuan bisa menemukan jalannya sendiri meski dari ruang sederhana bernama rumah.
Karena bagi Suraiya, ibu bukan hanya penjaga rumah, tapi juga penjaga mimpi.Â
Artikel ini merupakan tugas mata kuliah kewirausahaan pada semester V Prodi KPI Institut Muslim Cendekia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI