Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Jenis Tari Topeng Cirebon, Permainan Watak Penuh Makna

20 Juni 2021   09:04 Diperbarui: 20 Juni 2021   09:01 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejarah tarian Topeng Cirebon yang sakral (bingarkan.wordptess.com)


Cirebon memiliki keunikan tersendiri. Wilayah yang secara geografis termasuk dalam propinsi Jawa Barat ini banyak dihuni oleh penduduknya yang menuturkan bahasa Jawa. 

Bahasa mereka khas karena berakulturasi dengan bahasa Sunda, atau istilahnya campursari.

Demikian pula dengan kesenian, atau kebudayaannya. Salah satunya adalah apa yang dikenal dengan Tari Topeng Cirebon.

Jelas tarian khas kota Wali ini merupakan salah satu warisan budaya dan kekayaan yang dimiliki sosial dan kebudayaan Indonesia.

Dalam Arkeologi Budaya Indonesia, Jacob Sumardjo bahkan menyebutkan jika Prabu Hayam Wuruk (yang memerintah Majapahit 1350-1389) kerap menari sembari memakai topeng yang terbuat dari emas.

Setelah runtuhnya kerajaan legendaris itu, Kesultanan Demak mempertahankan tari topeng yang penuh kesakralan itu dengan kemasan anyar.

Karena Kesultanan Demak bertambah luas, maka itu juga mempengaruhi meluasnya kemasan baru itu ke wilayah lainnya, termasuk salah satunya ke Cirebon yang pada kala itu dibawah kekuasaan Demak.

Setelah ke Cirebon, tarian sakral ini juga menyebar ke wilayah-wilayah lainnya yang secara geografis berada di wilayah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, seperti Jatibarang, Majalengka, Indramayu, Subang, dan Brebes.

Disebut Tarian Topeng Cirebon (an) ini dikarenakan tarian sakral itu berakulturasi dengan kesenian rakyat setempat, sehingga memiliki gerakan yang khas.

Nilai kesakralan Tarian Topeng Cirebon itu setidaknya terbukti dengan apa yang dilakukan mereka yang terlibat dalam pementasan, dimana sebelum mentas itu melakukan puasa, semedi, atau ritual lainnya terlebih dahulu.

Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul The History of Java menyebutkan ada 10 orang yang terlibat dalam pagelaran Tarian Topeng Cirebon ini. Mereka adalah enam orang yang melaksanakan tarian, empat orang yang mengiringi dengan menabuh gamelan. Para penarinya disebut juga dalang.

Tarian Topeng Cirebon kini sudah tergolong sebagai salah satu kesenian daerah yang khas, kendati di dalamnya masih tersirat elemen budaya dan ajaran Islam.

Hal tersebut dapat terlihat ketika mereka memohon sedekah (saweran) dari para penonton. Gerakan mereka juga melukiskan tentang ajaran Islam yang tertulis di Al Qur'an perihal hawa nafsu yang mencengkram manusia.

Pada masa pemerintahan Sunan Kalijaga dan Fatahillah, pementasan tarian itu dilakukan dengan cara berkeliling ke pelosok daerah, seperti mengamen pada jaman sekarang ini.

Namun bedanya, pada saat itu mereka tidak meminta uang sebagai uang lelah, tapi mereka meminta siapa saja yang menonton mengucapkan dua kalimat syahadat.

Hal tersebut dapat dimaknai, mereka menggunakan tarian itu sebagai salah satu cara menyebarkan agama Nabi Muhammad SAW.

Topeng juga ada berbagai macam jenisnya yang menyimbolkan pada adanya proses kehidupan bagi seorang manusia dalam perjalanannya.

Topeng Panji menggambarkan manusia bayi yang baru dilahirkan ke dunia, suci bersih tiada noda.

Topeng Samba menggambarkan kehidupan seorang manusia di masa anak-anak.

Topeng Rumyang menggambarkan kehidupan seorang manusia di masa remajanya.

Topeng Tumenggung menggambarkan kehidupan seorang manusia di masa dewasanya.

Sedangkan yang terakhir, topeng Kelana menggambarkan sisi kehidupan seseorang yang memiliki dan bertindak jahat, serakah, dan ingin menang sendiri.

Masing-masing mencirikan yang khas. Misalnya pada Topeng Samba, para penari melakoni tariannya dengan gerakan tari yang lebih lincah seperti kanak-kanak.

Sedangkan topeng Kelana warnanya merah. Sesuai dengan karakter marah dan angkara murka dan sifat jahat lainnya.

Itulah ke 5 simbol topeng tari Cirebonan.

Selain dengan cara mengamen seperti yang disebutkan di atas, kedua wali (Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati) menggunakan sarana Tari Topeng Cirebon itu untuk berdakwah dalam upaya mereka menyebarkan agama Islam.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, tarian topeng ini sekarang digelar di gedung-gedung dengan penerangan listrik dengan berbagai tata cahayanya.

Akan tetapi pada jaman dulu, digelar dengan menggunakan alat penerangan obor di tempat-tempat terbuka dengan bentuk setengah lingkaran, misalnya di depan halaman rumah, bale (Sunda, artinya panggung), atau di blandongan (Sunda, artinya tenda untuk hajatan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun