Prasasti Batu Tulis adalah prasasti yang ditulis di sebuah batu yang berisikan aksara dan bahasa Sunda kuno. Di situ dituliskan tahun penulisannya adalah 1455 Saka, atau 1533 Masehi.
Dengan demikian, batu tulis yang dibuat oleh Prabu Surawisesa itu dibuat selang waktu 12 tahun setelah kematian Prabu Siliwangi, prabu yang paling tersohor di Kerajaan Pajajaran.
Prabu Surawisesa adalah salah seorang anak dari Prabu Siliwangi. Prabu Surawisesa menuliskan di batu tulis itu tahun kematian ayahnya, yaitu tahun 1443 Saka (1521 Masehi).
Di Bogor juga ada prasasti Ciaruteun. Prasasti Ciaruteun itu dibuat pada saat masa Kerajaan Tarumanagara dengan rajanya yang terkenal Raja Purnawarman (372-434 Masehi).
Batu prasasti Ciaruteun itu beratnya 8 ton dan ukurannya 200cm x 150cm.
Dalam batu tertera cetakan telapak kaki Raja Purnawarman dengan keterangan tertulis dalam aksara Purba.Â
Dalam batu yang disebut juga dengan prasasti Ciampea itu dituliskan "telapak kaki Raja Purnawarman, raja Kerajaan Tarumanagara, raja yang gagah berani. Seperti telapak kaki Wisnu".Â
Prasasti Ciaruteun dibuat sebagai wujud kecintaan rakyat dan penghormatan kepada raja Purnawarman.
Kembali ke atas. Dalam prakongres seperti yang sudah disebutkan di atas, ditetapkan pula jika Banda Aceh dipilih sebagai "ibukota Kebudayaan Indonesia".
Prakongres yang dihadiri para bupati dan walikota se Indonesia anggota JKPI itu sebelumnya menghasilkan dua opsi tentang tanggal Kongres JKPI ke V. Saat ini tidak kurang dari 33 kota/kabupaten tergabung di organisasi.
Adapun putra Presiden Jokowi, yang adalah Walikota Solo, Gibran Rakabuming, didapuk menjadi salah satu presidium acara itu.