Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Daendels Menerapkan Kerja Paksa? Ternyata Uangnya Dikorupsi Bupati

10 Februari 2021   11:03 Diperbarui: 10 Februari 2021   11:35 26652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
H.W. Daendels (kompas.com)


Di pelajaran sejarah, dari SMP, SMA, hingga perguruan tinggi ada disebut-sebut nama H.W. Daendels.

Buku sejarah mencatat jika H.W. (Herman Willem) Daendels adalah Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang memerintahkan penduduk untuk membuat jalan dengan kerja paksa, alias tidak diberi upah.

Namun benarkah anggapan jika Daendels tidak memberi upah para pekerja pembuatan jalan antara Anyer (Jawa Barat) hingga Panarukan (Jawa Timur) itu?

Beberapa ahli sejarah mengatakan sebenarnya Daendels memberi upah 30.000 ringgit ditambah dengan uang kertas lainnya yang begitu besar. Akan tetapi uang tersebut tidak sampai. Konon uang untuk mengupah pekerja dan mandor tersebut tidak disampaikan oleh Bupati.

"Bupati tidak menyampaikan uang itu. Kita tahunya proyek itu kerja paksa (tidak dibayar)" kata sejarawan Universitas Indonesia, Djoko Marihamdono di akun Twitternya, Minggu (7/2/2021).

Sebenarnya Daendels sebagai penjajah masih punya hati dengan memberikan upah kepada para pekerja dan mandor, dia menyadari jika pembuatan jalan yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Timur itu benar-benar sangat berat. 

Bagaimana tidak diberi upah?

Hutan lebat, gunung menyeramkan, bebatuan curam, dan banyak lagi rintangan harus ditembus oleh ribuan pekerja. Benar-benar biadab bupati dan para pejabat lainnya yang menelan uang tersebut. Berapa jumlah yang dikorupsi oleh mereka?

Mekanisme penyaluran upah tersebut adalah pemerintah memberikan kepada residen. Lalu residen memberikannya ke bupati. Djoko mengatakan bukti pemberian uang oleh residen ke bupati ada buktinya, sedangkan tidak ada bukti jika bupati menyalurkan upah itu ke bawah.

Tak pelak duit yang dikorupsi itu berdampak kepada kinerja yang berdampak banyaknya jumlah korban jiwa. Lebih dari 30.000 orang tewas dalam pembuatan jalan raya itu.

Namun apa lancung, pemerintah kehabisan dana. Tidak ada sumber untuk mengetahui apakah Daendels melakukan tindakan pada penyelewengan dana itu, ataukah tutup mata saja?

Namun yang jelas, setelah kehabisan anggaran, pemerintah kolonial Hindia-Belanda lantas memberlakukan kerja paksa. Kendati pun mereka meminta bantuan kepada para penguasa di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Siapakah Daendels?

Daendels merupakan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang ke 36, kurun 5 Januari 1808-15 Mei 1811, atau tiga tahun.

Politikus Belanda itu dilahirkan di Hattem, Belanda, pada 21 Oktober 1762 dan wafat pada 2 Mei 1818 dalam usianya yang 55 tahun di Pantai Emas, Belanda.

Mengapa Daendels sampai menjadi Gubernur Jenderal di Hindia-Belanda? Konon, prakarsa yang mengusulkan Daendels dikirim ke Hindia-Belanda menjadi Gubernur Jenderal di sini, datangnya dari salah satu tokoh paling legendaris dalam sejarah, yaitu Napoleon Bonaparte. Siapa yang tak kenal dengan pemimpin Revolusi Perancis itu?

Kisahnya berawal, pada kurun 1780-1787 Daendels bergabung dengan kelompok para pemberontak di Belanda dan melarikan diri ke Perancis. Di sana Daendels sempat menyaksikan sendiri apa yang disebut dengan Revolusi Perancis yang termasyhur.

Pada tahun 1806 Daendels diminta Raja Belanda, Louis, untuk berbakti lagi kepada Belanda. Dan atas usulan Napoleon Bonaparte, Daendels dikirim ke Hindia-Belanda dan menjadi Gubernur Jenderal.

Itulah cikal bakal H.W. Daendels menjadi Gubernur Hindia-Belanda yang lantas "naik daun" dan memerintahkan pembuatan jalan antara Anyer hingga Panarukan, menghubungkan Jawa Barat sampai ke Jawa Timur.

Beberapa orang hanya mengetahui jika pembuatan jalan raya yang menelan banyak korban jiwa itu dilakukan secara kerja paksa. 

Para bupati dan pejabat lainnya gemuk karena menelan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun