Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Jakob Oetama, Warisanmu Akan Selalu Dikenang Bangsamu

10 September 2020   08:08 Diperbarui: 10 September 2020   08:07 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakob Oetama (megapolitan.kompas.com)


Begitu melihat berita di media online pada Rabu (9/9/2020) pada menjelang pukul 14.00 WIB saya sempat terkejut. Bapak Jakob Oetama wafat. Karena beliau adalah tokoh pers utama, pendiri Kompas Gramedia.

Jakob Oetama meninggal dunia dalam usia 88 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading pada Rabu (9/9/2020) pukul 13.05 WIB karena gangguan multi organ dan faktor usia.

"Beliau sudah masuk 2 minggu dan dalam keadaan kritis," kata dr. Felix Prabowo dari RS Mitra Keluarga, Rabu (9/9/2020).

Dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah, 27 September 1931, Jakob Oetama memulai kariernya di bidang jurnalistik pada tahun 1956 dengan menjadi redaktur Mingguan Penabur.

Sebelum 1956 Jakob Oetama sempat berprofesi sebagai seorang guru SMP di Jakarta, Bogor, dan Cipanas. Orangtuanya juga adalah seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta.

Jakob merupakan anak pertama dari 13 bersaudara keluarga Josef Brotosoeswoyo dan Margaretha Kartonah.

Selepas menamatkan pendidikan Sekolah Dasar nya di Yogyakarta, Jakob melanjutkannya ke Sekolah Menengah Atas Seminari, juga seminari tinggi (selama tiga bulan) di Yogyakarta. Cita-cita Jakob semula memang ingin menjadi seorang pastor, namun keinginan itu tak terwujud.

Sesuai dengan ayahnya yang berprofesi seorang guru, Jakob juga sama lantas ingin menjadi guru. Seperti yang disebutkan di atas Jakob sempat menjadi guru di Jakarta, Bogor, dan Cipanas.

Namun kemudian dia memilih jalan untuk berprofesi sebagai wartawan. Hingga lebih dari setengah abad kemudian perusahaannya berkembang menjadi multi industri.

Kendati sudah besar, akan tetapi beliau tidak melupakan identitas dirinya sebagai seorang wartawan.

"Warisan adalah profesi, namun pengusaha adalah keberuntungan" Tepat diberikan kepada seorang Jakob Oetama.

Jakob kuliah di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada hingga lulus tahun 1961.

Bersama Petrus Kanisius (PK) Ojong, Jakob mendirikan majalah Intisari pada tahun 1963.

Harian Kompas didirikannya bersama PK Ojong pada 28 Juni 1965.

Situasi menjadi tidak mudah selepas PK Ojong meninggal dunia pada tahun 1980, Jakob harus memikul pundak sendiri membangun Kompas.

Walaupun demikian, Kompas lantas berkembang pesat sampai ke bidang-bidang toko buku, perguruan tinggi, TV, hotel, percetakan, dsb.

Selain para tokoh negeri ini yang mengucapkan belasungkawa dan mengenang seorang Jakob Oetama, meninggalnya ayah dari dua anak ini menjadi trending topic di media sosial Twitter.

Berkat kiprah pengabdiannya, beliau mendapatkan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1973 dari pemerintah Indonesia dan mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa pada tahun 2003 dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Bagi saya sendiri, ketika pada suatu kesempatan jalan-jalan ke Toko Buku Gramedia Citra Land, saya sempat melihat dan tertarik dengan dengan buku biografi Jakob Oetama.

Dan dari koran Kompas yang setiap hari saya baca, di pojok atas dituliskan nama P.K. Ojong (1929-1980) dan Jakob Oetama sebagai pendiri Kompas.

Banyak sekali warisan yang ditinggalkan Bapak Jakob Oetama bagi orang-orang yang sekitarnya dan bagi bangsa Indonesia tercinta.

Seperti salah satunya diungkapkan oleh Dudi Soedibyo, mantan Direktur Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Kompas Gramedia. Dudi Soedibyo mengatakan Bapak Jakob selalu makan tepat waktu.

"Sepanjang bekerja dengan beliau, tidak pernah telat makan. Sebelum rapat sudah harus makan dulu," tuturnya.

Dudi juga menceritakan menu yang disukai Bapak Jakob adalah tahu dan tempe.

"Beberapa kali saya dipanggil beliau, menu makannya selalu ada tahu dan tempe, dan minumnya air putih," kata Dudi.

Kompasiana juga salah satu dari Kompas Gramedia pimpinan Bapak Jakob Oetama.

Idealisme dan falsafah hidupnya dalam melebarkan bisnisnya mengarah pada satu tujuan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bapak Presiden Jokowi juga ikut menyampaikan turut berbelasungkawa atas kepergian Bapak Jakob, lewat Twitternya.

Jokowi mengatakan Bapak Jakob adalah seorang jurnalis yang sejati.

Ada dua warisan yang ditinggalkan Bapak Jakob bagi bangsa Indonesia, kedua warisan itu adalah bekerja tuntas dan kejujuran, demikian menurut St Sularto, mantan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas.

Bagi saya sendiri, kenangan akan Bapak Jakob adalah ketika saya selain membaca harian Kompas, juga membaca Intisari, Bobo, dan sebagainya.

Selamat jalan Bapak Jakob Oetama. Warisanmu akan selalu dikenang bangsamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun