Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Komunitas Global Lega, Washington dan Teheran Mau Meredakan Ketegangan

10 Januari 2020   07:46 Diperbarui: 10 Januari 2020   07:51 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Donald Trump (ABC.net.au)

Peristiwa terbunuhnya Komandan Al-Quds, Garda Revolusi Iran, Jenderal Qasem Soleimani oleh drone atas perintah Presiden AS Donald Trump telah memicu kecemasan konflik tersebut bakal meluas dan menimbulkan Perang Dunia ke 3.

Tindakan yang dilakukan Presiden Donald Trump tersebut disebutkan, Trump telah "menyulut api". Donald Trump mengambil langkah lebih nekat dibandingkan Presiden terdahulunya, Barack Obama dan George W Bush.

Bush dan Obama masih mempertimbangkan dampak yang terjadi dengan penyingkiran Soleimani yang akan membuat kawasan Timur Tengah menjadi terguncang, dan akan membahayakan pada tindakan balasan dari Garda Revolusi.

Iran bersumpah akan membalas kematian pemimpinnya.

Situasi yang menjadi panas ini diprediksi bakal melibatkan negara-negara sekutu dari kedua belah pihak, AS dan Iran.

Pada Rabu (8/1/2019) dinihari WIB, Iran telah menembakkan puluhan rudal ke pangkalan militer AS di provinsi Al Anbar, Irak.

Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan bahwa AS sudah mengosongkan dua kamp militer di Harir dan Ain Al-Assad paska adanya peringatan dini akan adanya serangan dari Iran.

Oleh karenanya tidak ada korban tewas atau luka-luka.

Seperti diketahui AS memiliki beberapa sekutu di Eropa, seperti Jerman, Perancis, dan Inggris. Negara-negara tersebut khawatir akan mendapatkan serangan balasan dari Iran.

Dampak kepada olahraga

Situasi panas ini berdampak kepada segala bidang, termasuk kepada olahraga.

Di sepakbola, ada beberapa pemain Iran yang bermain di beberapa klub Eropa. Di antaranya, adalah Milad Mohammadi Kashmarzi yang bermain di Gent, Belgia. 

Brussels, ibukota Belgia, adalah markas NATO (North Atlantic Treaty Organizations) yang mana anggotanya akan membantu apabila salah satu anggotanya diserang, termasuk AS.

Tapi hingga saat ini NATO masih menghimbau kedua belah pihak agar menahan diri. Untuk itu Uni Eropa telah mengundang Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif ke Brussels untuk mendinginkan suasana.

Tapi hingga saat ini belum ada himbauan resmi dari pemerintah Iran kepada warganya di Eropa untuk evakuasi.

Namun pemerintah Iran, melalui siaran televisi, menghimbau relasi AS agar melepaskan hubungannya dengan negeri Paman Sam tersebut atau akan menghadapi konsekuensi dari Garda.

Nanti apabila situasi panas ini sudah tidak terkendali, maka Garda Revolusi Iran akan memanggil pulang warganya dari Eropa.

Ancaman, balasan, evakuasi

Terang Arab Saudi cemas, Iran akan menyerang, kalau mereka membantu AS.

Dikabarkan, jika AS "macam-macam", maka garis keras Iran akan menyerang sasaran-sasaran yang yang sudah direncanakan, ada 104 titik sasaran yang sudah direncanakan garis keras Iran di Timur Tengah.

Sementara sejumlah negara sudah memerintahkan semua warganya agar keluar dari Irak atau Iran. 

Pemerintah Filipina menyiapkan kapal penjaga pantai dan laut untuk mengevakuasi warganya. Diperkirakan ada sekitar 7.000 warga Filipina yang bermukim di Iran dan Irak.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga telah membatalkan rencana lawatannya ke Timur Tengah. Lawatan itu dimaksudkan untuk meredakan ketegangan yang memanas antara Iran dan AS.

Warga Negara Indonesia sendiri yang ada di Timur Tengah diperkirakan berjumlah 1 juta orang, dan di Iran dan Irak ada 1.300 orang. Mereka bermukim di sana untuk berbagai kepentingan.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah memanggil Wakil Tetap RI di PBB dan para Dubes di Timur Tengah terkait situasi ini.

Pemerintah juga sedang mempersiapkan sejumlah pesawat dan kapal TNI/Polri untuk mengevakuasi WNI jika sewaktu-waktu terjadi konflik terbuka

Menlu lewat Dubes RI di Iran sudah merencanakan evakuasi warganya dan telah melakukan sosialisasi rencana itu kepada WNI di kedua negara, Iran dan Irak.

Evakuasi seperti di atas pernah terjadi ketika timbul perang saudara di Yaman.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengiyakan serangan atas pangkalan militer AS Rabu dinihari WIB tersebut sebagai tindak balas atas serangan AS yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani.

Iran menyatakan puas telah melakukan balasan, di pihak lain AS pun lega tidak ada korban.

Para petinggi Iran, mengatakan jika AS membalas serangan rudal itu, maka Iran juga akan membalas kembali, Iran sudah membalas kematian Qassem.

"Sekarang tergantung kepada AS, kalau AS tidak menyerang lagi, maka masalahnya selesai," ujar Majid Takht Ravanchi, Duta Besar Iran untuk PBB.

Sesudah itu, dalam pidatonya di Gedung Putih, Rabu (8/1/2020), Donald Trump mengatakan AS tidak berkeinginan menggunakan opsi militer, tetapi lebih kepada sanksi ekonomi tambahan kepada Iran.

Trump menyatakan siap melakukan perundingan dengan Teheran untuk meredakan ketegangan dan menciptakan perdamaian di Timur Tengah.

Presiden Iran, Hassan Rouhani pun memberi sinyal tidak akan meneruskan balasan militer terhadap kepentingan AS.

Dunia internasional lega, akhirnya Washington dan Teheran mengambil langkah untuk meredakan ketegangan sekaligus menciptakan perdamaian di Timur Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun