Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Jonathan Cristhie Membuat Keajaiban

27 Oktober 2019   08:09 Diperbarui: 27 Oktober 2019   12:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dramatis, Jojo akhirnya ke final (bola.republika.co.id)

Dari empat wakil Indonesia yang berjuang untuk dapat tampil di partai puncak Perancis Terbuka 2019, tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting terpaksa harus terhenti di semifinal Stade Pierre de Coubertain, Sabtu (26/10/2019). Ginting menyerah dari Chen Long (Cina) dengan dua gim, 19-21, 18-21.

Hingga jeda gim pertama, Ginting tertinggal 7-11. Skor menjadi 11-12. Chen Long menjauh hingga 17-12. Skor disamakan 17-17. Chen Long unggul match point 20-17. Namun skor ini ditutup Chen Long dengan 21-19.

Skor jeda babak kedua, Ginting unggul 11-6. Namun gim kedua ini pun akhirnya menjadi milik Chen Long dengan 21-18.

Kekalahan Ginting terobati oleh kemenangan Jonatan Christie. Jojo menang dramatis atas Viktor Axelsen dari Denmark. Dengan tiga gim, 7-21, 22-20, dan 21-19 dalam tempo 1 jam 21 menit.

Apa yang terjadi dengan Jojo, hingga jeda gim pertama, pemegang medali emas Asian Games 2018 itu, tertinggal jauh 1-11. Bahkan gim pertama harus diakhiri menjadi 21-7 milik Axelsen.

Memasuki gim kedua, peringkat tujuh Jojo mulai dapat mengimbangi peringkat enam Axelsen. Dari 3-3, Jojo unggul 11-9 hingga jeda.

Skor ketat antara kedua pemain ini terus berlanjut. Axelsen unggul 13-12, skor berubah menjadi 15-14 Jojo masih ketinggalan.

Axelsen memimpin 16-14, Jojo mulai menyusul dan memimpin 18-17.

Pada angka-angka kritis ini banyak terjadi permainan rally-rally panjang bahkan lebih dari 30 pukulan, hanya menghasilkan 1 atau 2 poin.

Axelsen memimpin 19-18. Dua angka lagi berarti tamatlah nasib Jojo di semifinal ini. Namun kemudian, Jojo merebut dua angka, skor menjadi match point buat Jojo, 20-19. Setelah Axelsen menyamakan menjadi 20-20, Jonatan akhirnya berhasil memperpanjang nafas, Jojo menutup gim kedua dengan kemenangan 22-20.

Selanjutnya, inilah gim penentuan yang sangat dramatis dan menegangkan.

Sempat menang 3-2 di gim ketiga, Axelsen berbalik unggul 7-5. Pada saat Axelsen unggul 8-5, Jojo mengajukan protes kepada wasit karena raket Axelsen sempat menyentuh net dahulu. Tapi wasit mengesahkan poin Axelsen.

Entah apa yang terjadi pada Jonatan, pemain berusia 22 tahun ini ketinggalan jauh dari Axelsen, hingga 10-19. Tinggal 2 angka lagi, tamatlah nasib Jojo untuk mencapai final.

Akan tetapi, keajaiban terjadi.

Dalam kondisi tertinggal 9 angka, pelatih Jojo menginstruksikan agar Jojo bermain fokus dan tidak melakukan kesalahan.

Dalam kedudukan 19-10 ini terlihat Axelsen mulai merasa kesakitan pada kakinya, ia berjalan agak terpincang-pincang.

Jojo banyak memainkan rally-rally panjang dari 20 hingga 46 pukulan, menghasilkan satu poin. Jojo bermain net, untuk memaksa Axelsen mengembalikan kok yang harus dijangkau. Pancingan Jojo ini, lantas di smes untuk menghasilkan poin. Jojo juga menyadari Axelsen sedang bermasalah dengan kakinya. Dia tidak serta-merta melakukan smes.

11 poin diraih Jojo berturut-turut tanpa kesalahan, setelah match point 20-19, sebuah pengembalian kok Axelsen nyangkut di net. Jojo pun selebrasi. 21-19 untuk Jonatan.

Dramatis sekali!

Di final Minggu (27/10/2019) Chen Long menantinya. Inilah final ke 2 tahun ini bagi Jonatan di ajang BWF Super 750. Juli lalu, Jojo mencapai final Japan Open, namun kalah dari peringkat satu dunia, Kento Momota (Jepang).

Di nomor ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti mengulangi pencapaian yang diraihnya minggu lalu di Denmark Terbuka 2019, Praveen/Melati maju ke final Stade Pierre de Coubertain, setelah mengakhiri perlawanan ganda campuran Inggris, Chrid Adcock/Gabrielle Adcock, di semifinal, Sabtu (26/10/2019) dengan dua gim, 21-19 dan 21-12 dalam tempo 35 menit.

Hingga jeda, Praveen/Melati unggul 11-9. Chris/Gabriele berbalik memimpin 19-15. Seperti tersentak, Praveen/Melati lantas merebut enam angka beruntun, dan menutup gim pertama dengan 21-19.

Setelah skor sama 8-8 di gim kedua, Praveen/Melati menjauh, unggul 15-8. Akhirnya, Praveen/Melati dapat menyudahi gim kedua ini dengan 21-12.

Di final Stade Pierre de Coubertain, Minggu (27/10/2019) telah menunggu peringkat satu dunia asal Cina, Zheng Siwei/Huang Yaqiong. Di Denmark Open minggu lalu, Praveen/Melati menang atas mereka di perdelapan final dengan skor 18-21, 21-16, dan 22-20.

Satu wakil lainnya, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon mengalahkan ganda Taiwan, Liao Min Chun/Su Ching Heng dengan dua gim, 21-18 dan 23-21.

Di final, The Minions akan menghadapi pemenang antara Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India) dan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe (Jepang).

Tahun lalu, di Perancis Terbuka ini Kevin/Marcus menjadi runner-up setelah kalah dari Han Chengkai/Zhou Hao Dong dari Cina.

"Kami ingin meningkatkan hasil dari tahun lalu," kata Kevin mengenai finalnya.

Final di Perancis Terbuka ini merupakan final ke 8 bagi The Minions di tahun ini. Di tahun ini, Kevin/Marcus sudah  mengantongi enam gelar, masing-masing di Denmark Open, China Open, Japan Open, Indonesia Masters, Malaysia Masters, dan Indonesia Open.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun