Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Raket

Simak Apa Kata Christian Soal Kekalahan Kevin/Marcus

23 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 23 Agustus 2019   06:12 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Legenda bulutangkis Christian Hadinata (starjogja.com)

Menjadi unggulan pertama dan mendapat bye di babak pertama, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon harus langsung angkat koper dini.

Basel, Swiss 19-25 Agustus 2019, adalah kali ketiga Kevin/Marcus mengikuti ajang kejuaraan dunia bulutangkis.

Pada keikutsertaan yang pertama, 2017 di Glasgow, Skotlandia Kevin/Marcus kalah dari ganda Cina Chai Biao/Hong Wei. Pada keikutsertaan yang kedua di Nanjing, Cina, tahun 2018, Kevin/Marcus juga kalah. Kali ini dari ganda Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Kekalahan di 2017 dan 2018 itu terjadi di babak perempatfinal.

Kali ini, di 2019, lagi-lagi Kevin/Marcus tersingkir lagi, bahkan pada laga perdana, di babak kedua kejuaraan dunia bulutangkis Basel, Swiss.

Kevin/Marcus kalah justru dari ganda yang belum pernah bertemu sebelumnya. Kevin/Marcus ditundukkan ganda Korea Selatan berkeringat 24 dunia, Choi Solgyu/Seo Seung-jae, di Stadion St Jakobshalle, Rabu (21/8/2019).

Menang di gim pertama, Kevin/Marcus harus mengakui keunggulan Choi/Seo di gim kedua, 14-21, dan gim ketiga, 21-23.

Di atas kertas, Kevin/Marcus menang segala-galanya dari Choi/Seo. Namun justru ganda Korea itu akhirnya mampu memberi kejutan. Mereka tampil percaya diri, didukung penyerangan yang apik, dan pertahanan yang solid.

Taktik bertahan yang rapat benar-benar membuat ganda nomor satu dunia frustasi.

Sebenarnya, The Minions memiliki target utama di tahun 2019 ini adalah juara dunia di BWF Basel, tapi justru inilah penampilan terburuk The Minions.

Mengapa justru di kejuaraan dunia, The Minions selalu gagal?

Sebelum kejuaraan dunia digelar, 2017 dan 2018, Kevin/Marcus saat itu sedang perkasa dengan menjuarai berbagai turnamen, tapi akhirnya kandas di kejuaraan dunia.

Sekarang ini, The Minions tampil di Basel dengan modal dua kali juara di Indonesia Open dan Japan Open 2019, lagi-lagi kandas, bahkan di laga perdana.

Alhasil, mau tidak mau, Kevin/Marcus harus menunggu dua tahun lagi untuk melenyapkan rasa penasaran belum pernah menikmati juara dunia. Sehubungan tahun depan digelar Olimpiade Tokyo, maka ajang kejuaraan dunia ditiadakan.

Berbeda dengan Kevin/Marcus, "The Daddies" Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan dapat melalui rintangan pertama dengan menang atas ganda Belanda, Jelle Maas/Robin Tabelling, dengan skor 21-13 dan 21-12. 

Sedangkan pada Kamis (22/8/2019), Hendra/Ahsan memastikan diri melaju ke perempatfinal Basel, usai di 16 besar, menang atas ganda Skotlandia, Alexander Dunn/Adam Hall. Pertemuan Hendra/Ahsan (peringkat 2) dengan Dunn/Hall (peringkat 59) merupakan pertemuan untuk pertama kalinya.

Di atas kertas, Hendra/Ahsan unggul karena perbedaan ranking yang mencolok. 

Di gim pertama Hendra/Ahsan cukup sulit untuk menang, 21-19. Permainan berjalan ketat. Akan tetapi di gim kedua, Hendra/Ahsan benar-benar menguasai permainan, dan diakhiri dengan skor 21-6.

Apa kata Christian Hadinata?

Atas kegagalan itu, legenda ganda Indonesia, Christian Hadinata, mengatakan kekalahan Kevin/Marcus harus dijadikan pelajaran sebagai bahan untuk merebut emas di tahun depan di Olimpiade. Selain itu, Christian juga mengatakan kemampuan teknis Kevin/Marcus harus tetap diasah.

Christian yang sempat mencecap juara dunia di ganda putra (bersama Ade Chandra) dan ganda campuran (bersama Imelda Wigoena) itu mengatakan setahun mendekati Olimpiade merupakan masa-masa krusial bagi The Minions. 

Meraih prestasi tinggi di berbagai turnamen menempatkan Kevin/Marcus berperingkat nomor satu dunia dari 2017 sampai sekarang. Tekanan akan semakin berat bagi Kevin/Marcus yang diandalkan meraih tradisi emas di Olimpiade.

Semenjak ganda Eddy Hartono/Gunawan mengantongi medali perak di Olimpiade Barcelona 1992, Christian mengatakan kepada ganda berikutnya, yaitu Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky supaya dapat melebihi prestasi yang sudah diraih Eddy Hartono/Gunawan.

Satu tahun menjelang Olimpiade Atlanta 1996, Ricky/Rexy sudah mengantongi berbagai gelar bergengsi di antaranya All England, Kejuaraan Dunia, dan Piala Dunia. Lantas kemudian, Ricky/Rexy dapat pula meraih emas di Olimpiade Atlanta 1996.

Christian Hadinata merupakan sosok di belakang lahirnya ganda-ganda putra terbaik dunia dari Indonesia.

Christian mengatakan, pelatih dan pemain harus bisa mengelola faktor psikologis, di antaranya dengan mempererat hubungan personal.

Christian menggambarkan, dirinya sering ngobrol dengan Ricky dan Rexy tentang apa perasaan dan motivasi mereka di Olimpiade.

Menggali kondisi psikologis pemain itu, penting juga dilakukan kepada Kevin/Marcus.

Hal tersebut penting untuk mengurangi beban yang disandang Kevin/Marcus. Cara lain adalah dengan memilih ajang-ajang yang akan diikuti.

Christian mencontoh dari para petenis top dunia. Novak Djokovic, Rafael Nadal, dan Roger Federer. Mereka tidak menargetkan harus juara pada setiap turnamen, tetapi mereka memiliki turnamen penting sebagai target juara. Dengan demikian, mereka bisa mencapai puncak penampilan pada ajang tersebut.

"Kalau Kevin/Marcus kalah di suatu ajang, berpikir positif dari kekalahan itu. Sehingga kekalahan dapat menurunkan tekanan," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun