Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Gadget

"Fish On" Melipatgandakan Tangkapan Ikan

27 Juli 2019   06:00 Diperbarui: 27 Juli 2019   06:44 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fish-On untuk melipatgandakan tangkapan ikan (atmago.com)

Apakah Anda masih ingat salah satu lagu yang dinyanyikan oleh Nike Ardilla, saya lupa judulnya. Tapi beberapa potongan syair lagu tersebut adalah

aku bagai nelayan

yang kehilangan arah

dan tak tahu kemana

ku harus bersandar

Banyak cerita, lagu, atau film yang mengisahkan nelayan, yang pekerjaannya adalah mencari ikan di laut, untuk nantinya hasil tangkapannya itu ditukarkan dengan uang, alias dijual.

Kalau dulu, para pencari ikan itu pergi melaut mencari lokasi dimana terdapat ikan untuk dijaring oleh mereka. Mereka harus bersusah payah mendapatkan ikan yang kalau sedang beruntung, dari sejumlah ikan yang ditangkap. Mereka menjual ikan-ikan tersebut ke tepi pantai, sebagai mata pencaharian utama mereka.

Menangkap ikan di tengah laut bukan tidak berisiko, para nelayan bakal menghadapi kondisi air laut yang sedang pasang umpamanya.

Bisa dibilang revolusi industri 4.0 sekarang ini memang ditandai dengan semakin berkembangnya teknologi di segala bidang kehidupan, termasuk tentunya untuk para pencari ikan di laut.

Sehubungan dengan itu, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mulai menerapkan layanan aplikasi yang disebut dengan aplikasi Fish-On. Aplikasi itu sudah mulai diujicoba oleh nelayan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

"Biasa sehari melaut dapat 50 kilogram ikan, sekarang bisa dapat 1 ton lebih," kata Jumhidi (48 tahun), seorang nelayan asal Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 

Jumhidi merasa bersukacita dikarenakan ia terpilih menjadi salah satu nelayan yang secara simbolis dilepas ke laut untuk mencari ikan dengan menggunakan aplikasi Fish-On oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan.

Jumhidi menjadi salah satu nelayan dari program satu juta nelayan berdaulat yang dicanangkan oleh Menko Kemaritiman.

Jumhidi mengungkapkan bahagianya karena aplikasi Fish-On berhasil melipatgandakan penangkapan ikannya saat melaut.

Melalui aplikasi tersebut, ia tidak lagi perlu susah-susah mencari keberadaan ikan di laut.

Aplikasi Fish-On itu akan memberikan sinyal lokasi keberadaan ikan untuk dijaring. Selain itu, aplikasi ini juga akan memberitahukan adanya kondisi darurat di tengah laut.

Jumhidi menjelaskan cara kerja Fish-On.

Sembari memegang handphone, ia menjelaskan. "Ini ada dua bulatan, yang satu letak perahu, yang satu ini letak keberadaan ikan, nanti perahu saya bawa ke bulatan itu yang akan menjadi satu titik. Nah, di bawah titik itulah, ada ikan," katanya. Adapun jarak yang bisa dijangkau sampai 60 km dari pemegang handphone.

Aplikasi baru ini cuma beberapa hari diperlukan Jumhidi untuk menguasainya.

Untuk menunjang pemakaian aplikasi, Menko Luhut juga merencanakan akan membangun jaringan internet, yaitu fasilitas WiFi yang bisa mencakup 60 km ke tengah laut.

WiFi itu nanti akan disediakan oleh Net1.

Pemerintah juga mengatakan para tengkulak yang biasa membeli ikan hasil tangkapan nelayan di laut dengan harga murah nantinya akan menghilang. Karena sekarang ada TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Palangpang, Kabupaten Sukabumi.

Luhut mengatakan, nantinya nelayan bisa menjual ikan hasil tangkapannya ke agen-agen pembeli yang bekerjasama dengan pemerintah. Agen-agen itu siap membeli ikan nelayan dengan harga normal.

"Jadi nelayan tidak lagi bisa dibohongi, tengkulak nanti akan hilang," kata Luhut, Sabtu (20/7/2019) di Sukabumi.

Nelayan nantinya juga akan bernegosiasi dengan agen-agen yang bekerjasama dengan pemerintah itu lewat aplikasi Fish-On. Seluruh pelelangan ikan akan dilakukan lewat aplikasi.

Namun, berapa persen peningkatan pendapatan nelayan, Luhut belum bisa menghitung secara pasti.

Skema kerjasama nelayan dengan agen itu menjadi yang pertama dilaksanakan di Indonesia.

"Desa ini menjadi TPI online pertama dalam langkah mewujudkan satu juta nelayan berdaulat," ujar Luhut.

Transaksi juga dilakukan dengan tanpa uang tunai, tapi lewat ATM.

Deputi Bidang Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman, Purbaya Yudhi Sadhewa mencontohkan ikan hasil tangkapan nelayan bisa dijual ke Transmart, sebagai salah satu perusahaan swasta yang bekerjasama dengan pemerintah.

Selain itu, Yudhi mengatakan pihaknya akan bekerjasama dengan Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) untuk memasarkan ikan dari nelayan. "Yang penting sekarang ini semua serba online," ujarnya.

Sesudah Sukabumi yang pertama, Yudhi mengatakan akan meneruskan penerapan Fish-On ke daerah-daerah lain di Indonesia guna membantu nelayan meningkatkan hasil tangkapannya.

"Kita masuk ke wilayah yang mana nelayan belum berkembang dan tidak ada akses ke teknologi," kata Yudhi, Kamis (25/7/2019) usai meneken MoU di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Teknologi semakin berkembang, termasuk juga Fish-On buat nelayan. Untuk melipatgandakan penangkapan ikan, mengetahui sinyal darurat di tengah laut, dan melelang ikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun