Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Apa dengan Si Kecil yang Kini Puber?

4 Mei 2018   07:00 Diperbarui: 4 Mei 2018   08:06 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena adanya perubahan-perubahan pada tubuh dan psikologis, umumnya anak mengalami kebingungan (foraygroup.com)

"Orangtua mesti beradaptasi cara pengontrolan anak di zaman sekarang. Bukan diubah, melainkan diadaptasi. Jadi, orangtua tetap mendidik dan mengontrol anak sesuai tahapan perkembangan," saran Fridha.

Monitoring bisa dilakukan, lanjut Fridha, dengan memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan orangtua dalam penggunaan teknologi digital untuk hal-hal praktis, misalnya memantau anak dalam menggunakan gadget dan mengecek dia browsing apa saja.

"Selain itu, yang tak kalah penting bagi orangtua adalah membangun komunikasi yang baik dengan guru anak di sekolah. Tujuannya agar pihak sekolah juga bisa mengantisipasi cara mengawasi siswanya," imbuh Fridha.

"Peran orangtua sangat besar dalam menjelaskan hal-hal baru terkait perkembangan ini, sehingga anak mendapatkan penjelasan yang benar dari sumber yang tepat," tandas Dianda.

"Anak-anak mudah mendapatkan nilai baru dari hal baru, sehingga jika tak ada penyeimbang dari keluarga, anak bisa mengadopsi nilai-nilai dari sumber yang tidak jelas," kata Dianda. "Paparan informasi baru tanpa disertai kejelasan norma dan aturan bisa masuk dan menjadi nilai internal anak."

Dalam hal ini, menurut Dianda, kesalahan umum orangtua adalah malah memusuhi dan menjauhi anak. Padahal, saat anak beranjak puber adalah masa-masa yang sulit, dengan gejolak emosi yang naik turun.


Sering kali, orangtua justru menegur dengan sangat keras dan memandang pubertas sebagai masa menyebalkan, dan dengan sikap kesal membuat anak tidak merasa nyaman. Akhirnya, hubungan orangtua dan anak kian berjarak.

Ingat, konflik-konflik saat masa remaja ini juga krusial. Trauma-trauma yang terjadi akan diingat anak, sehingga ketika konfliknya tidak selesai dengan orangtua, secara tanpa sadar anak akan terus melakukan hal-hal yang tidak dibolehkan orangtua.

Bagaimana solusinya?

Kedua psikolog ini menegaskan pentingnya bonding atau menjalin ikatan dengan anak. Ikatan ini harus diperkuat sejak anak masih kecil, sehingga saat ia memasuki masa remaja, anak tidak lagi merasa canggung ketika menghadapi masalah dan merasa nyaman bicara dengan orangtua.

"Keterbukaan ini harus disiapkan dari kecil, agar saat remaja anak terbiasa bercerita pada orangtua, tidak gundah gulana sendirian karena tidak siap menghadapi situasi dan kondisi saat pubertas," Dianda berpesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun