Kemampuan mengelola stres tak hanya penting bagi orang dewasa. Anak masa kini juga menghadapi setumpuk tantangan. Yuk, ajari mereka mengelola stres.
Si kecil tiba-tiba mudah menangis, atau menarik diri dari aktivitas yang biasanya disukai? Bisa jadi ia mengalami stres.
Ya, sama seperti orang dewasa, anak-anak pun tak lepas dari kondisi stres. Stresor atau penyebab stres pada anak umumnya berkaitan dengan situasi yang ia hadapi sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah. Misalnya, ada anak yang stres ketika memiliki adik bayi, atau karena kesulitan yang dihadapi di sekolah.
"Stres pada anak bisa muncul dari berbagai sumber. Misalnya, seberapa mampu ia menjalani aktivitas di sekolah, menjalin dan mempertahankan pertemanan, dan mengelola tuntutan atau harapan orangtua, guru, maupun pelatih," ungkap Aurora Lumbantoruan, M.Psi., dari Keara Konsultan.
"Kondisi hubungan dengan keluarga dan adanya permasalahan di rumah - bila ada peristiwa negatif atau musibah - juga bisa berkontribusi dalam menimbulkan stres yang dialami anak," papar Aurora.
Lebih jauh Aurora mengingatkan bahwa stres bersifat subjektif.
"Setiap anak bisa saja merasakan stres akan satu hal, tapi tidak terlalu stres atau terganggu akan hal lain," paparnya. "Ini tergantung pada kapasitas berpikir, berkomunikasi, mengelola emosi yang dialami, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan."
Umumnya, anak belum mampu mengungkapkan kalau dirinya stres. Kata-kata yang mungkin digunakan untuk menyatakan stres, misalnya, adalah khawatir, bingung, sedih, terganggu, marah, dan perilaku yang mengikuti perasaannya tersebut (menangis, agresif, murung).
Di sinilah orangtua perlu memahami setiap perubahan perilaku yang negatif, yang bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang salah atau yang sedang mengganggu pikiran atau emosi anak. Bentuk stres sendiri umumnya berupa perubahan emosi atau mood, dan perilaku.
Aurora mengungkapkan sejumlah riset yang menemukan perbedaan reaksi dalam anak perempuan dan laki-laki ketika menghadapi stres. Anak perempuan cenderung mencari dukungan sosial dan berusaha menyelesaikan masalah, dan anak laki-laki cenderung menghindar.
"Anak perempuan juga cenderung lebih mudah mengkomunikasikan perasaannya dan menunjukkan emosinya. Karena itu, mereka dianggap lebih mudah mengalami stres," jelas Aurora.