Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Keputihan, Si Pengganggu Daerah Kewanitaan

12 Februari 2018   10:48 Diperbarui: 13 Februari 2018   14:01 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkara menjaga daerah kewanitaan kerap terabaikan. Padahal, organ penting ini harus senantiasa terhindar dari berbagai gangguan. Keputihan adalah salah satunya.

Memiliki area kewanitaan yang terawat dan tetap sehat harus menjadi prioritas setiap kaum hawa. Pasalnya daerah ini sangat berkaitan dengan organ reproduksi di dalam panggul. Infeksi atau penyakit di area kewanitaan bagian luar dapat menyebar ke dalam dan membawa dampak lebih serius.

Salah satunya? Keputihan. Ya, meski terdengar "akrab" di telinga kita, masih ada yang mengabaikan problem ini. Padahal, selain keputihan fisiologis atau normal, ada pula keputihan patologis, yang menandakan keberadaan penyakit serius.

Penjelasan tersebut disampaikan Dr. Rino Bonti Tri H. Shanti, Sp.OG dari RS Hermina Jatinegara. Menurut pengalamannya selama praktik, keputihan adalah salah satu alasan terbesar perempuan mendatangi spesialis kandungan.

Lebih rinci Dr. Bonti menjelaskan bahwa keputihan bisa disebabkan infeksi maupun non-infeksi.

"Secara normal, leher rahim mengeluarkan cairan berwarna bening, bersih, tidak berlebihan, dan tidak menimbulkan keluhan. Keputihan yang normal umumnya terjadi menjelang masa subur," ujar Dr. Bonti.

Cairan vagina normal memiliki ciri-ciri seperti: ditemukan pada keadaan normal sesaat sesudah ovulasi, cairan tidak berlebih-lebihan, tidak berbau busuk dan tidak disertai gatal, nyeri atau rasa terbakar di bibir kemaluan.

Namun, saat keputihan disertai rasa gatal, berbau busuk dan kemerahan, atau rasa panas dan nyeri, ini harus diwaspadai karena merupakan pertanda infeksi vagina. Infeksi bisa disebabkan oleh jamur (kandida), bakteri yang berbahaya, atau parasit trikomoniasis.

"Infeksi di vagina dapat berlanjut ke saluran indung telur dan menyebabkan sumbatan. Keputihan juga berkaitan dengan infeksi menular seksual, dampak penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim, atau karena keganasan," papar Dr. Bonti.

Sementara itu, penyebab keputihan non-infeksi antara lain benda asing di vagina, polip serviks, reaksi alergi, atau karena persoalan higienitas yang tidak baik di area kewanitaan, menopause, maupun kanker.

"Ada saat di mana kebersihan organ intim wanita perlu mendapatkan perhatian ekstra saat haid. Pada saat ini, perawatan kebersihan perlu lebih intensif," pesan Dr. Bonti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun