Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketahui Seputar Donor ASI

13 Januari 2018   09:45 Diperbarui: 13 Januari 2018   10:40 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://mamapeduli.blogspot.co.id

ASI merupakan makanan alami yang terbaik bagi bayi. Namun, faktanya ada sejumlah kondisi ketika ibu tak dapat memberikan ASI. Di sinilah donor ASI hadir sebagai solusi, meski ia juga harus disertai edukasi.

Sebagai ibu yang baru melahirkan, Diana Yunita Sari merasakan manfaat dan kemudahan dari donor ASI. Ia harus melahirkan prematur di usia kehamilan 34 minggu, yang membuatnya harus langsung masuk ICU karena kondisi kesehatannya menurun.

Begitu ia mengunggah kondisinya di media sosial, tidak lama tawaran dari pendonor ASI masuk ke ponsel suaminya. Pemberi donor itu menawarkan ASI lengkap dengan informasi mengenai dirinya, dari jenis kelamin dan usia anaknya, sampai diet sang ibu.

Sebelumnya, dokter perinatologi yang merawat bayi prematur Diana sempat memberikan ASI donor. Namun, muncul reaksi bayi yang tidak diharapkan. Akhirnya, ASI donor tidak jadi diberikan.

Kondisi berbeda dialami Pradaningrum Mijarto, seorang konsultan, yang beberapa tahun lalu mendadak mendapat anugerah mengasuh bayi. Adiknya yang baru melahirkan meninggal dunia.

Ningrum, yang tidak punya pengalaman sama sekali mengurus bayi, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Perawat menganjurkan mencari donor ASI. Tanpa bekal informasi yang cukup, Ningrum merasa pasrah menerima donor ASI donor.

Meningkatnya kesadaran ibu di Indonesia dalam memberikan ASI eksklusif merupakan kemajuan positif. Ini juga bentuk keberhasilan kampanye masif dari berbagai pihak.

Di balik keberhasilan tersebut, ada permasalahan yang cukup signifikan, terutama saat kondisi tertentu terkait ibu maupun bayi yang tidak memungkinkan situasi ideal pemberian ASI eksklusif. Di sinilah donor ASI hadir. Namun, donor ASI juga membawa sejumlah persoalan tersendiri.

Menyikapi hal ini, Dr. Elizabeth Yohmi Sp.A, IBCLC, Ketua Satgas ASI IDAI, menjelaskan bahwa donor ASI memang dibutuhkan. Tetapi, fakta yang berkembang saat ini berbeda.

Era media sosial membuat komunikasi antara pendonor dan penerima ASI semakin mudah. Sering kali, pencarian donor ASI beredar di grup-grup pesan instan atau media pertemanan sosial. Ini membuat praktik donor ASI di Indonesia berjalan ke arah yang tidak terkendali.

"Para ibu saat ini sudah sangat sadar untuk memberikan ASI kepada bayinya. Sayangnya, karena mereka bisa dengan mudah mendapat tawaran donor ASI, mereka jadi tidak mau berusaha memeras atau menyusui sendiri," jelas Dr. Yohmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun