Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bentara Budaya Jakarta, Rumah dan Panggung Para Pencinta Seni

21 Oktober 2017   11:53 Diperbarui: 25 Oktober 2017   03:23 2356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di belakang Rumah Kudus terdapat ruang serbaguna tempat berbagai kegiatan budaya, pameran seni, seminar, diskusi peluncuran buku dan lainnya. Di halaman muka Rumah Kudus yang cukup luas sering pula digelar berbagai kegiatan seni.

Benda koleksi sebagian besar memang milik P.K. Ojong dan Jacob Oetama. Ada sejumlah lukisan karya pelukis ternama seperti Potret Diri karya Affandi tahun 1981 yang terbuat dari cat minyak di atas kanvas dengan ukuran 65x50 cm. Ada pula lukisan karya Hendra Gunawan, berjudul Topeng yang dibuat tahun 1968 dengan ukuran 72x98 cm, dan banyak lagi. Koleksi keramik pun tak kalah uniknya, ada piring porselen dari Dinasti Ching abad ke-18 berdiameter 38,1 cm, ada pula guci peninggalan Dinasti Tang abad 7-8, dan banyak lagi yang lainnya.

Lukisan dan keramik memang mendominasi dibandingkan koleksi lainnya berupa patung, benda kayu, wayang, dan kain tradisi.

Selain Galeri Sisi ada kegiatan-kegiatan reguler setiap bulannya, kadang ada pameran, pentas teater, pentas musik, pemutaran film, pameran kerajinan dan tradisi. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh BBJ tetapi juga di Bentara Budaya lainnya di tiga daerah.

Dinar mengakui tidak mudah menjaga eksistensi seni di era sekarang yang penikmat seni jenjangnya sudah jauh sekali, tetapi BBJ selalu berupaya bagaimana terus menampilkan apa yang dipamerkan itu, orang tidak melihat hanya sekedar bendanya, tapi historinya pun ikut digali. Misalnya lukisan Affandi, apa dan siapa Affandi itu, bagaimana perannya dalam dunia seni rupa di Indonesia, dan informasi penting lainnya seputar kiprah beliau.

Dalam setiap kegiatan, pihak BBJ selalu mengundang berbagai siswa sekolah hingga mahasiswa. Acara selalu gratis agar lebih banyak pengunjung yang berkesempatan untuk datang dan menikmati sajian seni persembahan BBJ ini. Diharapkan pengunjung mendapatkan wawasan dari sisi yang berbeda, jadi ajang belajar untuk mereka.

Misalnya dalam pameran kain atau tenun, BBJ bukan hanya memajang hasil temuannya saja, tetapi alat tenunnya juga dipamerkan dan prosesnya ditampilkan di sini. Sehingga pengunjung mengenal secara utuh proses pembuatan sebuah tenun. Sedapat mungkin, koleksi yang ditampilkan tidak hanya wacana tapi juga visualnya ada. Hal ini semata memberikan pada masyarakat pengunjung BBJ bahwa ada proses pembelajaran mengenal lebih yang diinginkan.

Setiap jengkal yang ada di BBJ ini tentu saja memiliki nilai historis yang tinggi. "Nilai historisnya tidak bisa diukur dengan rupiah ataupun secara ekonomi, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah ini kan proses pewarisan salah satu ilmu pengetahuan di bidang seni budaya, ini investasi luar biasa. Inilah concernBentara Budaya, yang menampilkan karya para seniman," papar Dinar.

Sebagai pengelola, pihaknya sangat berharap tentu saja apa yang BBJ tampilkan dan bagikan bisa bermanfaat besar dan diambil nilai positifnya oleh masyarakat luas. Banyak orang mengatakan ayo cintai budaya Indonesia, ayo cintai tradisi Indonesia, ayo kembangkan kesenian Indonesia, tapi itu hanya sebatas slogan, sementara individunya sendiri tidak melakukan itu.

"Harapannya orang yang tahu dan orang yang sudah datang ke BBJ bisa membagi apa yang dia dapat dari sini kepada orang lain, tidak hanya disimpan untuk dirinya sendiri. Bisa diceritakan ke orang lain," pungkas Dinar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun