Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Naturalisasi di PSSI, Membawa Secercah Harapan?

19 Januari 2022   11:07 Diperbarui: 19 Januari 2022   11:12 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naturalisasi (galamedia.pikiran-rakyat.com)


Kendati saya tidak setuju dengan program naturalisasi yang sedang hangat-hangatnya didengungkan di media, namun menarik menyimak pandangan dari Yunus Nusi, Sekjen PSSI, sekaligus mantan Ketua Asprov Kaltim.

Tanggapan itu muncul terkait pendapat yang dilontarkan Haruna Soemitro, anggota Exco PSSI yang tidak setuju dengan program naturalisasi yang dihelat PSSI.

Istimewanya untuk mengarungi Kualifikasi Piala Asia 2023 setidaknya ada empat pemain yang bakal dijadikan WNI untuk memperkuat Timnas Indonesia di ajang negara-negara Asia itu.

Keempat mereka yang dimaksud adalah Sandy Walsh, Jordi Amat, Mees Hilgers, dan Ragnar Oratmangoen. Proses untuk itu saat ini sedang dilakukan, di antaranya mengurus dokumen yang diperlukan.

Haruna Soemitro menjadi viral dan dikecam banyak pihak lantaran "menyindir" Shin Tae-yong dan menolak naturalisasi.

"Buat apa hanya runner-up. Kalau begitu tidak perlu Shin Tae-yong," kata mantan manajer Madura United itu.

Seperti membeli kucing dalam karung, ini juga yang dikatakan Haruna terkait keinginan Shin dan PSSI untuk menaturalisasi para pemain luar negeri.

"Naturalisasi sekarang ini berbeda dengan jamannya Cristian Gonzales. Sekarang ini yang dinaturalisasi adalah para pemain berdarah Indonesia," kata Yunus Nusi menanggapi "cuitan" Haruna.

Saya sependapat dengan Haruna, membeli kucing dalam karung jika Indonesia menaturalisasi para pemain asing.

Percuma saja membeli para pemain yang notabene berasal dari negara-negara sepakbola atau klub-klub yang mumpuni jika pembinaan sepakbola di Indonesia tidak dibenahi secara keseluruhan.

Namun ada catatan tersendiri, dengan naturalisasi ini maka diharapkan sepakbola Indonesia bisa memetik keuntungan lainnya.

Karena relatif para pemain keturunan itu dianggap lebih lihai menggocek si kulit bundar di lapangan. Karena sudah terbiasa bermain di negara yang "tradisi".

Kemampuannya itu dapat ditularkan kepada para pesepakbola tanah air lainnya.

Namun saya agak kurang setuju jika Shin Tae-yong dienyahkan sebagai pelatih Indonesia. 

Sudah ada kemajuan yang diperoleh sejak Shin Tae-yong melatih Indonesia. Bandingkan dengan pelatih-pelatih sebelumnya, pria asal Korea Selatan itu paling berhasil.

Siapa lagi yang akan jadi pelatih Indonesia? Sulit dicari, kualitasnya bahkan akan lebih melempem lagi. Malahan.

Apalagi Shin Tae-yong memiliki program jangka panjang untuk pembinaan sepakbola Indonesia ke depannya.

Presiden Jokowi sudah mewanti-wanti pria berusia 52 tahun itu untuk mempersiapkan diri sejak sekarang mengahadapi Piala Dunia U-20 2023.

Jika memang para pemain lokal saat ini kurang lihai, apa salahnya menaturalisasi para pemain asing untuk menambal kekurangan yang ada.

Beri kesempatan Shin Tae-yong memperbaiki performa anak asuhnya dan membangun persepakbolaan Indonesia ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun