Namun istri dari Alan Budikusuma itu mengingatkan PBSI agar tidak fokus kepada pembinaan satu dua pemain saja. Harus secara keseluruhan.
Susy Susanti memberikan contoh pada era dulu di jamannya. Dimana pada saat itu cuma mengandalkan Mia Audina yang memang bagus, padahal banyak pemain berpotensi yang perlu diperhatikan.
"Begitu dia (Mia Audina) pergi, tidak ada yang meneruskan," kata Susy.
Seperti induk ayam yang kehilangan anaknya, maka PBSI saat itu kesulitan mencari pemain (pelapis) yang siap menggantikan Mia Audina.
Apa yang diatur PBSI kepada para pemain memang sudah baik. Dimana para pemain junior tidak langsung diterjunkan ke turnamen-turnamen berlevel 300 ke atas (500, 750, atau 1.000).
Dengan merebut gelar di Super BWF 300 maka akan ada keinginan untuk merebut gelar-gelar lainnya. Istilahnya para pemain tidak cepat puas dengan apa yang sudah dicapainya.
Dan rankingnya pun akan dengan lebih mudah diperbaiki. Seperti Putri KW yang juga diberikan jam terbang dengan menjadi skuat Piala Sudirman 2020 dan Piala Uber 2020.
Memang harus diakui sektor tunggal putri kita sekarang ini merupakan sektor yang paling lemah di antara sektor-sektor lainnya. Tidak ada tunggal putri yang berperingkat di 10 besar seperti sektor-sektor lainnya.
Belum ada hingga sekarang ini tunggal putri Indonesia yang menyamai atau mendekati pencapaian Susy Susanti atau Mia Audina.
Putri KW sendiri mempunyai cita-cita yang luhur dimana pemain PB Exist Jakarta itu mengatakan suatu hari nanti dia harus juara Olimpiade.
Putri KW mengakui ambisinya akan merupakan sebuah perjalanan yang berat namun dia akan berusaha keras ke sana.
"Maunya bisa mengalahkan senior-senior baik di dalam maupun luar negeri," katanya.
Berjuang terus ya, Putri KW.
